ilustrasi pandangan dunia yang negatif (unsplash.com/anthonytran)
Ternyata, meski orang depresi juga cenderung memandang dunia secara negatif, pandangan mereka terhadap dunia jauh lebih realistis, lho. Orang depresi cenderung mampu memandang dunia secara objektif sebagaimana apa adanya, daripada orang yang sehat. Ini artinya, orang depresi lebih terampil berpikir dengan memisahkan antara imajinasi yang berasal dari harapan dan kenyataan konkret yang dihadapi, daripada orang sehat pada umumnya.
Fenomena unik pada orang depresi itu disebut realisme depresif. Sayangnya, fenomena itu hanya terjadi pada orang tertentu yang mengalami depresi ringan. Seperti kata Colin Feltham—profesor di Universitas Sheffield Hallam—, bahwa para pria yang introvert dan ber-IQ tinggi adalah yang paling mungkin mengalami realisme depresif, dilansir Vice.
Sedangkan, penderita depresi selain yang dijabarkan profesor Colin, justru mengalami bias pemikiran yang parah terutama pasien depresi berat. Ini berarti pasien depresi dengan tingkat keparahan yang tinggi, pemikiran mereka sekedar terkesan realistis. Padahal sebenarnya hanya hal-hal negatif saja yang memenuhi kepala mereka.
Hal itu sejalan dengan hasil studi dari Paolo Fusar-Poli dkk yang merangkum pengalaman para penderita depresi. Seperti dilansir PubMed Central, Fusar dkk menemukan bahwa, bahkan psikoterapi yang bertujuan baik pun masih dianggap ancaman pada diri dan pandangan diri pasien depresi. Seperti salah satu pengakuan pasien depresi dari studi Fusar-Poli dkk, "Saya tidak ingin dicap lemah atau sakit mental", yang dapat kita pahami sebagai pengakuan yang mengandung pandangan buruk terhadap psikoterapi yang sebenarnya bertujuan baik.