"Bahkan saya juga ketemu istri di Gojek, hahaha," pria itu tertawa, mendadak semringah, sekitar 5 menit sejak obrolan kami dimulai. Padahal sebelumnya, ia tampak datar saja setiap kali ditanya.
Saya selalu percaya bahwa setiap orang memiliki ceritanya sendiri yang tak melulu harus heroik. Seperti pria 39 tahun ini yang berkenan menanggapi pertanyaan-pertanyaan saya sembari nunggu orderan di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan pada Kamis (27/10/2022).
Namanya Oekad, setidaknya begitu ia biasa disapa. Ia adalah pengemudi ojek online Gojek sejak tahun 2018. Di balik jaket hijau itu, tubuh kurusnya bersembunyi. Meski kecil, sorot mata pria ini tajam. Tubuhnya gelap terbakar terik matahari, ditempa debu-debu jalanan setiap hari. Bukti betapa kerasnya ia bekerja di siang hari.
"Prosesnya kilat," Oekad melanjutkan ceritanya. Melempar ingatannya kembali ke hari-hari romantis ketika baru bergabung dengan platform ojol tersebut.
Kala itu, Januari 2018. Bulan pertama ia masuk Gojek setelah memutuskan hengkang dari platform sejenis yang akhirnya tutup pada pertengahan tahun yang sama.
Oekad mengawali hari-harinya seperti biasa. Mangkal di depan mal jadi salah satu kebiasaannya selama jadi pengemudi ojek online. Alasannya, tentu karena di sana ramai calon pelanggan. Dan benar saja, masa-masa itu cukup indah buat Oekad. Pendapatannya dalam sehari bisa tembus Rp400 ribu hingga Rp600 ribu. Sesekali bahkan bisa lebih.
Sebulan setelah bergabung, Oekad mendapat order mengantar seorang karyawati di sebuah mal tempatnya mangkal. Awalnya biasa saja, ambil orderan, antar, selesai. Namun, semesta selalu punya cara mempertemukan dua hati. Oekad mendapat orderan perempuan yang sama itu berkali-kali.
Mereka pun mulai berkenalan sepanjang jalan. Singkat cerita, benih-benih cinta muncul hingga akhirnya mereka memutuskan pacaran, lalu menikah pada September di tahun yang sama. Seperti kata Oekad, kilat! Ia bersyukur bisa mendapat jodoh sekaligus jadi ayah sambung untuk anak dari pernikahan sang istri sebelumnya.