Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Serial animasi Upin dan Ipin
Serial animasi Upin dan Ipin (lescopaque.com)

Intinya sih...

  • Para tokoh dalam serial Upin dan Ipin memiliki karakter yang khas dan mudah dikenali

  • Tampilan animasi yang mampu memanjakan mata

  • Alur cerita yang menarik dan mudah dipahami

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Serial animasi Upin dan Ipin tentu sudah sangat familier di kalangan masyarakat Indonesia. Animasi anak asal Malaysia ini tidak hanya populer di kalangan anak-anak, tetapi juga remaja hingga orang dewasa.

Kartun tersebut pertama kali ditayangkan perdana pada September 2007 di salah satu saluran televisi di Malaysia, tepatnya pada momen Ramadan. Awalnya, serial yang diproduksi oleh Les’ Copaque Production ini, disiarkan dengan maksud untuk mendidik anak-anak tentang pentingnya bulan suci Ramadan.

Namun berkat antusiasme penonton saat itu yang begitu tinggi, membuat Les’ Copaque terdorong untuk menayangkan kembali serial Upin dan Ipin pada musim kedua. Hingga setahun setelahnya, serial ini pertama kali tayang di Indonesia melalui stasiun tv swasta TPI, yang kini dikenal dengan nama MNCTV.

Tak disangka-sangka, serial Upin dan Ipin mendapat respons positif dari penonton Indonesia. Seiring berjalannya waktu, animasi tersebut pun kian berkembang dan menjadi salah satu tontonan favorit bagi masyarakat Indonesia. Lantas, kenapa generasi milenial dan gen Z masih sayang Upin dan Ipin hingga saat ini? Yuk, simak alasannya!

1. Para tokoh dalam serial Upin dan Ipin memiliki karakter yang khas dan mudah dikenali

Serial animasi Upin dan Ipin (YouTube.com/Les' Copaque Production)

Seperti diketahui, Upin dan Ipin merupakan serial animasi yang bercerita tentang kehidupan keseharian sepasang anak kembar berusia 5 tahun bernama Upin dan Ipin. Upin dikenal dengan sehelai rambut di tengah kepalanya dan memakai kaus tanpa lengan berwarna kuning bertuliskan huruf “u”, sedangkan Ipin mempunyai ciri khas kepala tanpa rambut alias botak dan sering mengenakan kaus tanpa lengan warna biru bertuliskan inisial “i”.

Dalam aminasi tersebut, Upin dan Ipin digambarkan sebagai anak yatim piatu. Mereka tinggal bersama kakak perempuan, yaitu Kak Ros dan nenek yang akrab disapa Opah, di sebuah rumah panggung tradisional berwarna hijau yang terletak di Kampung Durian Runtuh.

Meskipun telah ditinggal oleh orangtua sejak kecil, tapi Upin dan Ipin tetap dikelilingi oleh teman-teman yang baik, yakni Ehsan, Mail, Jarjit, Fizi, Mei Mei, Susanti, Dzul, dan Ijat. Selain teman-teman yang baik, Upin dan Ipin juga mempunyai tetangga seorang kakek bernama Tok Dalang yang tinggal di sebelah rumah mereka. Tok Dalang sangat menyayangi Upin dan Ipin, sehingga kerap dianggap sebagai kakek sendiri.

Menariknya, tokoh-tokoh dalam serial animasi ini tergolong unik dan menghibur. Tak hanya mempunyai ciri fisik yang mudah dikenali, tetapi juga kepribadian yang berbeda satu sama lain. Misalnya, Mail yang pandai berjualan, Kak Ros yang galak, Ehsan yang suka makan, Mei Mei yang cerdas dan hobi membaca, hingga Jarjit yang gemar membuat pantun.

2. Tampilan animasi yang mampu memanjakan mata

Cuplikan serial animasi Upin dan Ipin. (YouTube.com/Les' Copaque Production)

Meskipun ada banyak serial animasi yang tayang di Indonesia, Upin & Ipin mampu memikat hati penonton Tanah Air lewat visualnya yang menarik dan memanjakan mata. Berlatar di sebuah kampung yang asri, damai, dan kental akan semangat gotong royong, setiap elemen yang disajikan dibuat dengan detail, mulai dari arsitektur bangunan, tekstur tanah, hingga dedaunan pohon yang tampak realistis.

Selain itu, perpaduan warna yang digunakan pun dapat menyatu secara harmonis lewat tingkat kecerahan dan transisi yang lembut antara satu warna dengan warna lainnya. Diketahui, teknologi yang dipakai oleh Les’ Copaque Production dalam pembuatan animasi Upin & Ipin adalah software CGI Autodesk Maya. Gak heran, jika latar visual yang dihasilkan bisa beragam dan detail, serta gerakan setiap karakternya cenderung lebih luwes dan hidup.

3. Alur cerita yang menarik dan mudah dipahami

Sosok tuyul dalam serial Upin dan Ipin episode "Kisah Dua Malam". (YouTube.com/Les' Copaque Production)

Karena ditujukan untuk anak-anak sebagai penonton utamanya, alur cerita Upin & Ipin dirancang khusus agar mudah dipahami. Meskipun begitu, kartun ini tetap menyuguhkan kisah yang segar, unik, dan gak membosankan untuk semua kalangan, mulai dari kegiatan Upin dan Ipin saat di sekolah, di rumah, sampai di pondok bermain. Tak hanya itu, konflik yang terjadi di dalamnya juga tergolong ringan. Bahkan, diselipkan berbagai humor lucu yang bisa menimbulkan gelak tawa.

Sebagai contoh, dalam episode “Kisah Dua Malam" diceritakan bahwa Upin melihat sosok tuyul di rumahnya. Kemudian, ketika ia menceritakan pengalaman tersebut kepada teman-temannya di kelas, Dzul yang memiliki seorang nenek yang masih percaya takhayul dan mitos, percaya kalau tuyul bisa dikelabui dengan meletakkan kacang hijau. Karena makhluk tersebut akan tertarik menghitungnya, tetapi hanya mampu menghitung sampai sepuluh.

4. Menghadirkan seri khusus seperti film untuk memperluas cerita

Cuplikan film Upin dan Ipin Geng: Pengembaraan Bermula (lescopaque.com)

Jika kamu termasuk milenial atau gen Z yang menonton Upin & Ipin sedari kecil, tentu merasakan betul bahwa serial ini mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Mulai dari segi visual, pengembangan setiap karakter, hingga episode baru yang dihadirkan.

Oleh sebab itu, Les’ Copaque Production merilis seri khusus berupa film guna mengembangkan jalan cerita sekaligus menjangkau audiens yang lebih luas, seperti seri Geng: Pengembaraan Bermula (2009) dan Keris Siamang Tunggal (2019). Tiap serinya, Les' Copaque Production menyuguhkan konflik yang kompleks, terfokus, dan pesan moral yang lebih kuat.

5. Terdapat nilai-nilai positif yang bisa dipetik dalam setiap episode

Cuplikan serial animasi Upin dan Ipin episode "Angin". (YouTube.com/Les'Copaque Production)

Walaupun animasi ini memiliki jalan cerita yang ringan dan durasi pendek per episodenya, tapi serial Upin dan Ipin banyak menyimpan nilai-nilai positif kehidupan yang dapat diserap oleh milenial dan gen Z, seperti persahabatan yang tulus, empati yang besar, ajakan untuk saling tolong-menolong, menghormati orang yang lebih tua, menjalani hidup sederhana, dan meningkatkan toleransi antar suku dan agama.

Hal ini, tentu saja menjadi poin plus tersendiri karena di tengah maraknya serial kartun yang hanya menyajikan hiburan, Upin dan Ipin justru berhasil memberikan keduanya, yakni hiburan dan pesan moral. Gak heran, jika Upin dan Ipin masih disukai oleh banyak orang, khususnya kaum milenial dan gen Z.

Itulah beberapa alasan kenapa milenial dan gen Z masih sayang dengan serial animasi Upin dan Ipin. Kalau kamu sendiri, masih suka nonton Upin dan Ipin juga gak, nih?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team