5 Mitos Mengenai Self Compassion, Jangan Sampai Keliru

Self compassion merupakan keadaan di mana kita dengan tulus menerima kita sendiri apa adanya, menerima bahwa kita bukanlah orang yang sempurna dan bisa berbuat kesalahan. Self compassion nembantu kamu menghibur diri ketika dalam kesusahan dan mengalami kegagalan. Meski terdengar positif, sering kali kita menatap self compassion sebagai sesuatu yang lemah dan negatif.
Dilansir Psychological Development, menurut peneliti Kristen Neff, self compassion terbukti mampu meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Orang-orang yang memiliki self compassion yang tinggi mampu memahami apa yang sesamanya alami, terutama terhadap kenangan yang menyakitkan. Namun sayang, masih ada mitos gak benar berterbangan mengenai self compassion ini. Berikut 5 mitos mengenai self compassion.
1.Self compassion berarti mengasihani diri sendiri
Banyak orang takut menjadi orang dengan self compassion yang tinggi akan mengakibatkan mereka merasa bersalah dan terus menerus mengasihani dirinya sendiri. Mereka menganggap self compassion sebagai orang yang sering mengeluh tentang hal buruk yang terjadi pada diri mereka sendiri. Padahal sebenarnya gak begitu.
Self compassion mengajarkan kamu untuk bisa menerima, mengalami, dan memahami perasaan-perasaan yang buruk dengan kebaikan, dan pada akhirnya belajar untuk bisa merelakannya. Sebuah penelitian di University of Leuven oleh Filip Raes menunjukkan bahwa mereka dengan self compassion yang tinggi cenderung jarang merenungkan kesalahan dan mengasihani diri mereka sendiri. Karena itulah, mereka gak akan mudah depresi.