Kita tentu sudah terbiasa diajarkan untuk hidup di dalam keberagaman. Indonesia sendiri merupakan negara dengan suku plural dan agama yang heterogen. Tenggang rasa merupakan hal yang patut ditanamkan dalam masing-masing pribadi, jika ingin sukses hidup beriringan meski warna kulit, kebudayaan, dan keyakinan tak sama.
Adanya banyak keyakinan berbeda di Indonesia juga memunculkan ragam institusi di negeri ini yang berlandaskan keyakinan tertentu. Misalnya saja sekolah muslim, universitas Kristen, atau asrama Katolik. Keberadaan institusi tersebut bukan bermaksud mengotak-ngotakkan, karena tidak ada diskriminasi ketika ketika ada individu berkeyakinan lain masuk ke salah satu institusi tersebut. Justru, mereka mendapat pelajaran berharga yang bisa digunakan sebagai bekal kehidupan mendatang.
Seperti salah satu pengalaman kawan saya yang akrab disapa Bilqista Hernindya Pradnyaparamitha, 25 tahun. Seorang muslim yang tinggal di Asrama Katolik di kota pelajar, Yogyakarta, selama empat tahun.