Alasan Orang Dewasa Masih Terima Angpau saat Imlek, Boleh kah?

Tahun Baru Imlek adalah hari besar yang dinantikan dengan penuh antusiasme. Baik kalangan muda maupun tua, semuanya tenggelam dalam keramaian perayaan ini. Di sela-sela momen tersebut, ada tradisi paling dinantikan, yaitu memberi angpau (amplop merah).
Tradisi ini menjadi bagian tak terpisahkan dari keceriaan menyambut Tahun Baru Imlek. Namun, ada yang berbeda dan menarik dari tradisi angpao Imlek ini. Berdasarkan sejarahnya, hanya anak-anak yang diperuntukkan menerima angpau.
Namun seiring berjalannya waktu, orang dewasa juga mendapat angpau. Mengapa orang dewasa masih menerima angpau saat Imlek? Yuk, cari tahu jawabannya melalui artikel ini!
1. Sejarah angpau
Sejarah angpau meliputi tradisi yang berakar dalam budaya Tionghoa, yang kaya akan simbolisme dan nilai-nilai keberuntungan. Asal usul tradisinya memiliki beragam versi, salah satunya berasal dari legenda delapan dewa yang berubah menjadi koin.
Para dewa bertindak untuk melindungi pasangan tua dari gangguan setan bernama Sui, dengan cara mengubah diri mereka menjadi koin yang dibungkus dengan kertas merah dan diletakkan di bawah bantal. Praktik ini kemudian diadopsi oleh masyarakat sebagai tradisid yang dikenal sebagai "Ya Sui Qian" atau uang untuk melawan setan.
Praktik memberikan uang dalam amplop merah ini diyakini berasal dari Dinasti Qin pada abad ke-3 SM. Pada awalnya, koin-koin diikat dengan tali merah dan diberikan kepada generasi muda sebagai perlindungan dari penyakit dan kematian.
Seiring berjalannya waktu, ya sui qian digantikan dengan amplop merah ketika mesin cetak menjadi lebih umum dan praktiknya terus berkembang hingga menjadi simbol berkah, keberuntungan, dan kebaikan hati.