Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ornamen Natal
ilustrasi ornamen Natal (pexels.com/craig)

Perayaan Natal identik dengan berbagai ornamen yang menghiasi rumah, toko, hingga ruang publik. Ragam dekorasi tersebut tidak hanya mempercantik suasana, tetapi juga membawa simbolisme mendalam yang telah berkembang selama ratusan tahun. Banyak ornamen yang kini dianggap sebagai dekorasi umum ternyata memiliki asal-usul menarik, seperti lahir dari tradisi kuno, kepercayaan lama, hingga adaptasi budaya dari berbagai bangsa.

Pemahaman mengenai sejarah ornamen Natal ini memberikan perspektif baru bahwa dekorasi bukan sekadar hiasan visual, tetapi juga jejak perjalanan kultur panjang yang diwariskan hingga kini. Setiap ornamen memiliki cerita yang berbeda, mulai dari simbol kehangatan, perlindungan, hingga harapan akan kehidupan baru.

1. Pohon Natal

ilustrasi ornamen Natal (pexels.com/craig)

Pohon Natal merupakan salah satu ornamen paling ikonik saat perayaan tiba. Tradisi menghias pohon cemara hijau ini berasal dari Eropa Utara, khususnya wilayah Jerman. Pada masa kuno, masyarakat di sana menjadikan pohon hijau sebagai simbol kehidupan abadi di tengah musim dingin yang keras. Mereka meyakini bahwa warna hijau yang tetap bertahan ketika tanaman lain layu adalah lambang kekuatan dan harapan baru.

Pada abad ke-16, tradisi menghias pohon mulai berkembang dengan tambahan lilin, apel, dan ornamen sederhana lainnya. Ratu Victoria dan Pangeran Albert dari Inggris berperan besar dalam mempopulerkan pohon Natal ke seluruh dunia pada abad ke-19 ketika potret keluarga kerajaan mereka yang berpose di sekitar pohon Natal tersebar luas. Sejak saat itu, pohon Natal jadi bagian tak terpisahkan dari dekorasi rumah selama musim liburan, melambangkan kebersamaan serta harapan akan awal yang baru.

2. Kaos kaki Natal

ilustrasi kaos kaki Natal (freepik.com/wire

Kaos kaki Natal atau Christmas stocking memiliki cerita sejarah yang berasal dari legenda Saint Nicholas, tokoh dermawan yang hidup pada abad ke-4. Dikisahkan bahwa Saint Nicholas pernah membantu sebuah keluarga miskin dengan secara diam-diam meletakkan koin emas ke dalam kaos kaki yang digantung di dekat perapian. Aksi ini menjadi awal dari tradisi menggantung kaos kaki pada malam Natal dengan harapan mendapatkan hadiah kecil keesokan harinya.

Seiring waktu, kaos kaki yang semula digunakan sebagai wadah hadiah berubah menjadi ornamen yang dibuat khusus dengan desain cerah dan penuh warna. Kaos kaki Natal modern hadir dalam berbagai ukuran, dengan tambahan bordir nama atau dekorasi karakter musiman. Walau kini lebih sering dijadikan dekorasi simbolis, sejarahnya tetap mengingatkan pada semangat berbagi dan kebaikan hati yang menjadi salah satu nilai utama dalam perayaan Natal.

3. Karangan bunga

ilustrasi wreath bunga (freepik.com/wire

Karangan bunga atau wreath Natal memiliki bentuk melingkar yang tidak memiliki ujung melambangkan keabadian dan harapan tanpa akhir. Tradisi ini juga berasal dari Eropa Kuno yang memanfaatkan ranting pohon evergreen sebagai simbol perlindungan dan keberuntungan selama musim dingin. Mereka meletakkan karangan ini di pintu masuk rumah sebagai tanda penyambutan serta perlindungan dari roh jahat. Seiring perkembangan waktu, karangan bunga bertransformasi menjadi ornamen penting dalam dekorasi Natal.

Di masa Kristen awal, karangan bunga evergreen dimaknai sebagai lambang kehidupan abadi dan pengharapan akan musim baru yang lebih baik. Hiasan tambahan, seperti pita merah, buah pinus, dan lilin, kemudian menambah kedalaman simbolisme tersebut. Hingga kini, karangan bunga banyak digunakan sebagai dekorasi pintu atau dinding, memberikan nuansa hangat sekaligus makna spiritual dalam musim perayaan.

4. Lonceng Natal

ilustrasi lonceng Natal (freepik.com/wire

Lonceng merupakan ornamen yang sering muncul dalam dekorasi Natal, baik sebagai gantungan pohon, hiasan pintu, maupun bagian dari lagu-lagu musim dingin. Sejarah penggunaan lonceng dimulai dari gereja-gereja Eropa yang membunyikannya untuk menandai datangnya hari raya penting, termasuk perayaan kelahiran Kristus. Bunyi lonceng dianggap sebagai pengumuman kabar sukacita sekaligus ajakan bagi umat untuk berkumpul di gereja pada malam Natal.

Dalam tradisi sebelumnya, beberapa budaya kuno juga menggunakan lonceng sebagai alat untuk mengusir roh jahat dan kesialan. Ketika tradisi ini melebur dengan perayaan musim dingin, lonceng menjadi simbol perlindungan sekaligus kegembiraan. Ornamen lonceng modern kini hadir dalam berbagai bentuk, dari kecil hingga besar, tetapi makna utamanya tetap sama, yakni menyebarkan sukacita dan harapan bagi siapa pun yang merayakannya.

5. Candy cane

ilustrasi candy cane (freepik.com/wire

Candy cane atau permen tongkat dengan warna merah putih menjadi ornamen sekaligus kudapan yang identik dengan Natal. Bentuknya yang mirip tongkat dipercaya bermakna sejarah yang terhubung dengan para gembala dalam kisah kelahiran Yesus.

Permen ini pertama kali dibuat pada abad ke-17 di Jerman sebagai hadiah manis yang diberikan kepada anak-anak selama acara gereja. Namun, warna merah dan putih baru ditambahkan pada abad ke-19 untuk menciptakan tampilan yang lebih menarik sekaligus simbolis.

Permen tongkat kemudian diproduksi secara massal dan menjadi salah satu ikon paling populer dalam dekorasi pohon Natal. Bentuk melengkungnya sering dianggap melambangkan tongkat gembala, sementara warna merah dan putih dihubungkan dengan kesucian serta pengorbanan. Walau kini lebih dikenal sebagai permen manis yang menghiasi meja makan, candy cane tetap membawa cerita sejarah yang menarik dari masa ke masa.

Beragam ornamen Natal yang sering ditemui ternyata memiliki kisah sejarah panjang yang membentuk tradisi modern seperti yang dikenal sekarang. Dari pohon hijau yang melambangkan kehidupan abadi hingga permen tongkat yang membawa simbol kesederhanaan, setiap dekorasi memiliki makna tersendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team