ilustrasi pemenang kompetisi (pexels.com/RODNAE Productions)
Mengakui kelemahan lalu berusaha belajar darinya dan menerima keunggulan lawan bukanlah perilaku rendah diri. Hal itu justru menunjukkan pribadi terhormat dan beradab. Sportivitas membuat kita tak mudah berpuas diri saat menang dan berputus asa saat kalah. Sikap sportif memacu diri untuk terus melakukan hal terbaik di antara yang terbaik dengan bermartabat.
Tragedi Kanjuruhan wajib dijadikan ajang berbenah banyak pihak. Selain mendoakan, kejadian memilukan itu harus diusut tuntas demi keadilan korban. Mulai dari oknum yang kecewa kekalahan tim kesayangan, tindakan represif aparat keamanan yang salah langkah menggunakan senjata dalam menertibkan massa, pengelola hak siar yang hanya mengejar rating, hingga panitia penyelenggara terkait.
Dari peristiwa ini kita berkaca, kompetisi akan selalu ada selama manusia hidup di muka bumi. Ia dapat memberikan banyak manfaat saat disikapi secara positif melalui sportivitas yang baik. Tapi, ia akan menjadi 'medan perang' kala dihadapi dengan keegoisan, amarah, dan kebencian.
Sama seperti kemenangan, kita harus mampu merespons kekalahan, penolakan, atau ketidaksesuaian dalam kehidupan agar menjadi manusia beridentitas dan berintegritas.