Perbedaan Beta Reader dan Editor, Mana yang Dibutuhkan?

Apa yang membuat sebuah karya fiksi menjadi bagus? Karakter yang relatable? Plot cerita yang menarik? Worldbuilding yang kompleks? Apa pun aspek yang ingin kamu tonjolkan di dalam ceritamu, tentunya kamu membutuhkan opini dan suntingan dari orang lain agar karyamu semakin matang.
Ternyata dunia penulisan fiksi mengenal lebih dari satu jenis penyunting, loh! Ada editor dan ada pula yang disebut sebagai beta reader. Apa perbedaan di antara keduanya? Mana jenis penyunting yang paling kamu butuhkan? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
1.Siapa itu beta reader?
Sebelum aplikasi diluncurkan secara masal, biasanya ada yang disebut sebagai beta testing. Dalam tahapan itu, beberapa orang diminta untuk menilai aplikasi itu dari sudut pandang pengguna biasa. Layaknya beta tester, beta reader adalah orang yang bertugas untuk memberikan masukan kepada cerita dari sudut pandang pembaca. Mereka dapat memberikan komentar mengenai plot cerita, karakter, penyampaian moral, dan lainnya.
Beta reader bisa merupakan teman, keluarga, atau sesama penulis. Karenanya, biasanya beta reader bukanlah orang-orang yang profesional dalam bidang sunting-menyunting cerita. Kelebihan mereka adalah mereka bisa melihat cerita dari sudut pandang orang awam dan umumnya mereka tidak meminta bayaran. Namun, kalau kamu menggunakan jasa beta reader, jangan lupa untuk membalas kebaikan mereka walaupun tidak menggunakan uang, ya!
2.Bagaimana kriteria beta reader yang baik?
Seperti yang sudah ditulis sebelumnya, beta reader bukan orang-orang yang profesional. Namun, itu bukan berarti kamu bisa memilih mereka secara asal-asalan. Ketika menunjuk beta reader, kamu harus terlebih dahulu memastikan bahwa orang itu paham dengan genre yang kamu tulis. Misal, kalau kamu menulis buku romansa, maka beta reader kamu harus paham mengenai penggambaran kisah romantis yang realistis. Jika kamu membuat cerita fiksi, beta reader harus mengetahui dasar-dasar worldbuilding yang baik.
Selain itu, kamu juga harus membatasi jumlah beta reader yang kamu punya. Jangan sampai kamu justru kewalahan dengan banyaknya masukan dan kritik yang datang. Terakhir, tentunya beta reader-mu haruslah orang yang dapat dipercaya. Pastikan ia tidak akan mencuri idemu atau membeberkan tulisanmu ke umum tanpa izin.
3.Lalu, siapa itu editor?
Pada umumnya, editor lebih terlatih dan lebih formal daripada beta reader. Pekerjaan utama mereka memanglah sebagai seorang penyunting naskah. Karenanya, masukan yang mereka berikan biasanya lebih matang. Namun, satu hal yang perlu diperhatikan adalah editor profesional akan menetapkan bayaran.
Secara garis besar, ada dua jenis editor. Jenis pertama adalah editor cerita. Hampir sama seperti beta reader, ia akan memberikan masukan terhadap aspek-aspek di cerita. Jenis kedua adalah editor teknis. Ia akan mengedit kesalahan ketik, kesalahan tata bahasa, hingga membantu mengubah kalimat menjadi lebih efektif.
4.Siapa yang paling dibutuhkan?
Seperti yang sudah kamu tahu, baik beta reader maupun editor punya perannya masing-masing. Jadi, idealnya adalah kamu mendapatkan bantuan dari kedua orang itu. Beta reader dapat memberikan masukan dari sudut pandang pembaca, sementara editor dapat membantu memoles tulisan terutama dalam aspek teknis.
Kalau kamu hanya bisa mendapatkan salah satu, pikirkan aspek mana yang menjadi prioritasmu. Kalau kamu mengutamakan unsur cerita dan tidak mengutamakan pendapat profesional, maka beta reader bisa jadi pilihan utamamu. Sementara itu, kalau kamu membutuhkan opini dari orang profesional dan siap mengeluarkan uang untuk membayar jasa itu, maka editor adalah pilihan terbaikmu.
Setiap karya pastinya membutuhkan opini kedua agar hasilnya menjadi matang. Jenis penyunting apa pun yang kamu pilih, tetaplah bersikap terbuka dengan masukan dan kritik yang mereka berikan. Selamat menulis dan selamat menyunting!