Dalam dunia perfilman Indonesia, perempuan bukan lagi menjadi minoritas. Pada tahun 90-an, justru para perempuanlah yang membuka pintu perfilman di Indonesia. Termasuk Mira Lesmana dan beberapa rekannya, seperti Nan Achnas, Christine Hakim, Nia Dinata, dan masih banyak lagi lainnya.
"Kita semua sama-sama memulai lagi saat itu. Para lelaki juga memberi penghormatan yang sangat baik terhadap perempuan-perempuan yang ada di perfilman," jelas Mira.
Memang sampai sekarang, menjadi sutradara atau produser menjadi pekerjaan yang diragukan oleh kebanyakan orangtua, terutama perempuan. Padahal banyak sekali produser atau sutradara perempuan berbakat, yang bisa menjadi inspirasi. Meski masih bisa dihitung jari, mereka termasuk orang yang sangat bertalenta dan patut dijadikan contoh.
Selama ini, Mira juga mengaku gak pernah mendapat perlakuan buruk di tempat kerja. "Mungkin karena saya ada di posisi produser, ya. Tapi, memang terus terang akhir-akhir ini saya sering mendengar kasus pelecehan seksual di lapangan. Sekarang, saya membiasakan di dalam kontrak tercantum bahwa apabila terjadi pelecehan seksual dan bisa dibuktikan atau ada pengaduan, hal itu bisa diproses. Itu saya masukkan kontrak supaya proses kerja lebih nyaman. Paling gak, mereka sadar bahwa ini gak main-main. Kamu diperhatikan," tutur Mira dengan tegas.