ilustrasi halte (unsplash.com/Dele Oke)
Surat-surat yang diterima Julian mengenai halte merah dan nenek rajut menggambarkan rangkaian kejadian yang gak bisa dijelaskan dengan logika biasa. Ia merasa ada sesuatu besar yang tersembunyi di baliknya. Hal tersebut menjadi titik awal Julian melakukan penyelidikan lebih lanjut, mencari tahu soal sosok nenek rajut dan kaitannya dengan halte merah.
Semakin ia mencari jawaban, semakin banyak misteri terungkap. Halte merah ternyata bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simbol batas antara dunia nyata dan yang gak terjangkau. Nenek rajut yang misterius itu pun bukan sosok sembarangan, ia mewakili ikatan antara kenangan dan masa depan yang belum pasti.
Rajutannya menjadi jembatan antara masa lalu dan hidup yang terus berjalan, seolah menyampaikan bahwa tak ada yang benar-benar hilang. Tersirat sebuah pesan soal kehidupan ini hanya menunggu, berhenti sejenak, seperti tengah berada di sebuah halte.
Buku Halte Alam Baka mengajak para pembacanya untuk melakukan refleksi pribadi. Membahas soal kekhawatiran orang yang mungkin merasa cemas dan takut menghadapi kematian. Barang rajutan yang ditinggal menyimbolkan tentang sesuatu yang lebih besar dari sekadar keberadaan fisik.