Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Unsplash.com/emilianovittoriosi

Bagi banyak orang, berbicara yang baik sudah menjadi keharusan. Baik terkait isinya, baik pula pilihan kata-katanya. Mereka akan merasa sangat menyesal jika gak sengaja berbicara yang buruk, apalagi bila berkaitan dengan orang lain.

Namun ada pula lho, yang justru menganggap berbicara baik itu tak ubahnya kemunafikan. Upaya hanya agar dikagumi banyak orang. Orang yang seperti ini gak akan berpikir dua kali untuk berbicara buruk.

Menimbang perasaan orang sudah gak ada dalam pikirannya. Yang ada hanyalah mengikuti dorongan untuk bicara. Bahkan kebenaran pun kadang dikesampingkan. Duh, jangan sampai kita begini, ya! Soalnya ...

1. Kalau itu tuduhan, jelas belum tentu benar

Unsplash.com/matheusferrero

Sesuatu mungkin tampak sudah amat meyakinkan di mata kita. Namun kebenaran siapa yang tahu bukan? Apalagi jika memang sebenarnya kita gak tahu persis duduk perkaranya.

Mungkin hanya mendengar dari orang-orang di sekitar kita. Bagaimana kalau kita telanjur ikut mengembangkan tuduhan pada seseorang dan ternyata itu gak benar?

Yakin kita akan berani meminta maaf langsung pada orangnya dan ikut menyebarkan klarifikasinya? Paling-paling cuma pura-pura gak pernah menuduh, kan? Atau, menghapus tulisan yang berisi tuduhan jika kita mengunggahnya di medsos.

2. Kalau itu celaan, jelas kita gak lebih baik dari yang dicela

Editorial Team

Tonton lebih seru di