Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
nyaman di rumah
ilustrasi nyaman di rumah (pexels.com/Jep Gambardella)

Intinya sih...

  • Rumah dianggap sebagai tanda kemapanan yang tak terbantahkan

  • Dia belum punya rumah meski sangat menginginkannya

  • Atau ia memiliki rumah, tapi lebih kecil

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Rasa iri dapat muncul karena berbagai hal. Penyebab utamanya bukan apa yang terjadi di luar dirinya. Namun, cara pandangnya terhadap hal tersebut yang kurang tepat sehingga rasa iri mendominasi.

Ketika kamu memiliki mobil atau sekadar sepatu baru misalnya, orang yang gampang iri tetap akan mengalami perasaan negatif tersebut. Akan tetapi, rasa irinya bakal lebih kuat apabila dirimu membeli rumah. Sikapnya padamu tampak berubah drastis.

Padahal, kamu berusaha bersikap biasa-biasa saja baik sebelum maupun sesudah rumah siap dihuni. Ada sebab orang iri saat kamu beli rumah, yang berujung pada mendadak tidak bersahabat bahkan seperti mendiamkanmu. Semoga penjelasan berikut menjawab tanda tanya di benakmu.

1. Rumah dianggap sebagai tanda kemapanan yang tak terbantahkan

ilustrasi baru pindahan (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Mengapa rumah dan bukan benda lain seperti kendaraan atau gadget? Alasannya karena harga properti lebih tinggi. Harga kendaraan dan gawai bekas sebagus apa pun juga mengalami penurunan yang cukup besar dari tahun ke tahun. Namun, harga rumah justru terus naik.

Bahkan rumah second sekalipun. Malah rumah bekas dengan lingkungan yang sudah terbentuk sehingga memudahkan keperluan sehari-hari berharga lebih tinggi daripada rumah baru di lingkungan yang masih sepi. Orang yang telah mampu membeli properti dianggap sudah mapan secara finansial dan masih akan terus mengalami peningkatan dalam hidupnya.

2. Dia belum punya rumah meski sangat menginginkannya

ilustrasi di rumah yang nyaman (pexels.com/Letícia Alvares)

Jika seseorang sudah mempunyai rumah lebih dulu daripada kamu, kemungkinannya iri berkurang. Dia merasa menang dalam hal kecepatan memiliki tempat tinggal. Begitu juga dengan orang yang memang kurang tertarik untuk tinggal di rumah pribadi.

Ia menganggap menyewa lebih ekonomis dan praktis daripada membeli rumah. Akan tetapi, orang yang sebenarnya amat menginginkan rumah dan belum dapat memilikinya mengembangkan dua sikap. Dia bisa terinspirasi olehmu serta makin termotivasi untuk membeli rumah. Kedua, sikap irinya lebih menonjol karena perasaan kalah dan disalip olehmu.

3. Atau ia memiliki rumah, tapi lebih kecil

ilustrasi di rumah (pexels.com/Ben Hedrich)

Orang yang belum punya rumah padahal ingin lebih berpotensi iri. Namun, orang yang telah memilikinya juga bisa merasakan hal yang sama. Penyebabnya, rumah yang dibeli olehmu ukurannya lebih besar ketimbang rumahnya.

Ini juga dapat menimbulkan perasaan terluka bagi beberapa orang. Apa yang gak dimiliki olehnya dan dipunyai orang lain memunculkan rasa kurang puas terhadap hidup sendiri. Sekaligus iri dan benaknya dipenuhi pertanyaan bernada tak percaya.

Bagaimana kamu bisa membeli rumah yang lebih gede daripada rumahnya? Padahal, harga properti hari ini telah lebih tinggi daripada ketika ia dulu membelinya. Sekalipun selisih luas rumah kalian tak seberapa, itu bisa terasa sebagai masalah serius bagi orang lain.

4. Rumah kalian sama besar, tetapi lingkunganmu lebih bagus

ilustrasi membuka tirai (pexels.com/Thirdman)

Jangankan rumah kalian beda ukuran. Ukurannya sama atau malah rumahnya lebih besar daripada rumahmu saja bisa tetap ada rasa iri. Ini sebabnya sikap iri orang dapat membuatmu gak habis pikir. Semua hal seolah-olah tidak pas untuknya.

Kali ini mungkin ia mempermasalahkan lingkungan tempat tinggal kalian. Dia tinggal di lingkungan yang kurang kondusif. Mungkin terlalu padat penduduk, jalannya sempit, atau minim fasilitas umum. Sementara rumah mungilmu berada di lingkungan yang asri, jalan kompleksnya bisa buat dua mobil berjejer, serta cukup dekat dari tempat penting seperti sekolah.

5. Habis beli rumah langsung mengisinya, kamu tampak kaya sekali

ilustrasi membawa kotak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Orang juga bisa tidak hanya fokus pada rumah barumu. Kamu berhasil membeli rumah saja telah membuatnya merasa gak nyaman. Apalagi ketika ia melihatmu segera mengisi rumah dengan perabot yang cukup lengkap.

Alih-alih dirimu hanya membeli kasur dan tikar, kamu dapat langsung melengkapi ruang tamu sampai dapur. Tambah hebat rasa irinya kalau rumah pun dibeli secara cash. Dia berpikir uangmu banyak sekali sehingga tidak ada habisnya.

6. Dirimu masih single

ilustrasi bersantai di rumah (pexels.com/Karola G)

Orang yang mudah merasa iri seolah-olah menguliti kehidupanmu untuk membenarkan perasaannya. Dengan statusmu yang masih single, kemampuanmu membeli properti dipandang sebagai ancaman bagi dirinya. Sebab dia sendiri dan kebanyakan orang baru memikirkan rumah setelah berkeluarga.

Ketika orang sudah berumah tangga, rumah dianggap sebagai kebutuhan mendesak. Mau tak mau mesti dipenuhi daripada tinggal bersama orangtua. Akan tetapi, pembelian rumah oleh orang yang masih sendiri sepertimu dinilai sebagai kemewahan dalam hidup. Walau sesungguhnya, siapa pun boleh membeli rumah tanpa memedulikan status sudah menikah atau belum.

7. Pekerjaan dan penghasilanmu dinilai biasa saja

ilustrasi bekerja dari rumah (pexels.com/Ivan Samkov)

Alasan berikutnya orang iri padamu ialah pekerjaan serta pendapatanmu. Di matanya, pekerjaanmu biasa saja. Bahkan selama ini ia mungkin mengira pekerjaanmu tidak prospektif. Misalnya, kamu seorang pekerja lepas.

Dirimu gak punya kantor dan makan, tidur, maupun bekerja di kos-kosan. Menurutnya, sangat mustahil pekerja sepertimu bisa beli rumah. Orang yang bekerja kantoran saja belum tentu memilikinya. Akan tetapi, itulah kenyataannya. Namun, bukannya ia mencukupkan diri pada rasa takjub justru merambat ke rasa iri.

Apa pun sebab orang iri saat kamu beli rumah, jangan terlalu memikirkannya. Dirimu tak bisa berbuat banyak untuk mengendalikan perasaan serta pikiran orang lain. Terpenting kamu gak menyombongkan kemampuanmu membeli rumah. Selebihnya nikmati kenyamanan tinggal di rumah yang baru.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team