Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi percakapan (pexels.com/Moe Magners)

Nurani tak akan berhenti menyuruh setiap orang agar berkata jujur. Akan tetapi, ini bukan jaminan suara hati bakal mampu memenangkan peperangan dengan berbagai kepentingan pribadi maupun kepentingan orang-orang di sekitarnya.

Jujur tidak selalu mudah sebab bisa mendatangkan berbagai risiko. Oleh sebab itu, orang yang takut dengan risiko kemudian memilih untuk berbohong. Celakanya, begitu kebohongan dimulai biasanya akan sulit dihentikan. 

Kebohongan demi kebohongan bakal menyerupai 'bola salju' yang terus membesar saat menuruni lereng. Mengapa demikian? Berikut ulasannya dan jadikan pengingat supaya kamu sendiri selalu jujur sejak awal. 

1. Ia merasa rumit menjelaskan awal dari seluruh kebohongannya

ilustrasi dua pria (pexels.com/Kindel Media)

Kalau benang baru dirajut, mudah untuk seseorang mengurainya kembali ketika terjadi kesalahan. Akan tetapi, bayangkan jika sebuah syal telah selesai dirajut tetapi ada begitu banyak kesalahan di sana. Dari mana seseorang hendak mulai mengurai seluruh jalinan benangnya?

Kebingungan serupa dirasakan oleh orang yang telanjur membuat banyak sekali kebohongan. Ketimbang mengurai awal ketidakjujurannya serta kebohongan-kebohongan berikutnya, dia memilih cara yang paling mudah yaitu menciptakan sandiwara baru.

2. Malu harus mengakui kebohongan sebanyak itu

Editorial Team

Tonton lebih seru di