Zakiyah Annisa Ramadani (15) pembawa baki bendera merah putih di Griya Agung Palembang (Dok: istimewa)
Husein Mutahar menjadi tokoh yang berperan penting awal mula terbentuknya Paskibraka. Husein kala itu menjabat sebagai ajudan kepercayaan Presiden Soekarno ditunjuk oleh Bung Karno untuk menyusun rangkaian upacara pengibaran bendera.
Ketika itu, peringatan detik-detik proklamasi baru menginjak tahun kedua dan akan digelar di Kota Yogyakarta, sebab Jakarta masih belum aman untuk digelarnya upacara 17 Agustus. Halaman Gedung Agung, Yogyakarta menjadi tempat upacara pengibaran bendera pusaka yang telah dijahit Fatmawati.
Husein sebagai Perwira Angkatan Laut berpangkat mayor bersikeras untuk mewujudkan keinginan Soekarno untuk menyelenggarakan upacara 17 Agustus 1946 yang berkesan. Ia kemudian menunjuk 5 anak muda (3 pemudi dan 2 pemuda) asal Yogyakarta, sebagai petugas pengerek Bendera.
Pasalnya situasi sedang sulit, sehingga Husein tak dapat mengundang pemuda-pemudi dari seluruh Indonesia di tengah kondisi darurat kala itu. Kelima anak muda yang ditunjuk merepresentasikan lima sila dalam Pancasila.
Kemudian, Husein mendesain seragam upacara bagi kelima anak yang terinspirasi dari Pakaian Presiden Soekarno. Jas putih bergaya militer sangat identik sebagai pakaian Presiden Soekarno, itulah yang menjadi inspirasi bagi Husein.
Petugas Paskibraka laki-laki mengenakan busana hasil paduan celana panjang putih dengan kaus dalam corak merah-putih. Sementara, petugas paskibraka putri kenakan atasan jas dengan kaus corak merah-putih dan rok putih.
Kelima petugas mengenakan peci, sebagaimana aksesori kepala songkok yang kerap dikenakan Soekarno. Penampilan paskibraka seperti itu dipertahankan selama ibu kota negara di Yogyakarta hingga awal tahun 1950.