seorang guru berada ditengah-tengah muridnya (Pixabay.com/aditiotantra)
Tahun 1918 Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia setelah diasingkan bersama dua orang rekannya yaitu Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker. Mereka diasingkan oleh pemerintah Belanda.
Walau setelah diasingkan Ki Hajar Dewantara tetap aktif berorganisasi. Beliau bergabung dengan perkumpulan pemuda pimpinan Pangeran Suryomentaram dalam kelompok sarasehan 'Selasa Kliwonan dalam kelompok ini tugas Ki Hajar Dewantara bertugas memimpin pelaksanaan pendidikan usia anak-anak.
Seiring waktu Ki Hajar Dewantara memiliki keinginan untuk merubahan cara mengajar yang dipakai oleh kolonial Belanda yaitu sistem "perintah dan sanksi (hukuman)" diubah menjadi cara pendidikan pamong.
Untuk melakukan perubahan tentu Ki Hajar Dewantara memerlukan organisasi agar perubahan dalam dunia pendidikan demi kaum pribumi bisa dilaksanakan. Maka pada tanggal 3 Juli 1922 untuk pertama kalinya 'Nationaal Onderwijs Tamansiswa' berdiri di Yogyakarta.
Melalui Taman Siswa Ki Hajar Dewantara ingin mengenalkan tentang konsep kemerdekaan bagi kaum pribumi agar mampu berdiri sendiri untuk mendapatkan kebebasan serta lebih manusiawi. Diharapkan juga melalui pendidikan yang diterapkan oleh Taman Siswa akan menghasilkan pemimpin untuk bangsa Indonesia.