Kehidupan masyarakat Maluku sebelum tahun 1999 sangat akur dan sejahtera. Tak ada yang namanya memandang sebelah mata terhadap agama atau suku tertentu. Namun, semua berubah ketika konflik antaragama terjadi hingga menyebabkan segregasi wilayah pada 1999.
Masyarakat Maluku hidup terpisah menurut agama dan keyakinannya masing-masing. Seakan ada tembok atau sekat tinggi dan tebal yang memisahkan mereka. Meski konflik tersebut sudah selesai pada 2002, namun tetap saja lukanya masih membekas.
Penerima SATU Indonesia Awards, Eklin Amtor de Fretes, pun bertekad mengembalikan tanah kelahirannya seperti sediakala. Eklin tumbuh dan besar di Maluku. Ia sempat merasakan harmonisnya tanah kelahirannya tersebut.
Sayang, perjuangan Eklin sebagai penyebar pesan damai di Maluku melalui Rumah Dongeng Damai tak semulus yang kita kira. Tantangan demi tantangan Eklin lalui demi menyatukan kembali masyarakatnya. Kerikil tajam tak membuat semangatnya luntur begitu saja.