Sejatinya menjadi berdaya adalah hak setiap individu. Namun, kadang ada banyak batasan yang akhirnya membuat langkah terhenti. Batasan bukan melulu dari dalam diri, tapi sering kali juga datang dari pandangan orang sekitar.
Begitulah yang dirasakan oleh Elmi Sumarni Ismau. Pemuda difabel asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini melihat masyarakat masih memandang buruk teman-teman penyandang disabilitas. Akibatnya, tidak sedikit teman difabel yang merasa tidak percaya diri dan berdaya. Elmi yang mengalami kecelakaan dan harus kehilangan kakinya pada 2010 ini pun tidak ingin stigma negatif tersebut terus menjamur di masyarakat.
Ia pun bergerak menggagas organisasi Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas untuk Inklusi atau disebut Garamin. Bersama anggota lainnya, Elmi berjuang memberikan wadah bagi teman difabel untuk memberdayakan diri serta menjalin hubungan baik pada masyarakat.
Gerakannya ini pun disambut positif oleh pemerintah dan masyarakat di Kupang. Kontribusinya juga mendapatkan penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia 2021 dari Astra Indonesia. Pada 18 Desember 2021 lalu, saya berkesempatan mendengarkan cerita Elmi membangun Garamin dan menjalankan misi-misinya. Mari simak kisahnya berikut ini.