Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sok senior (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Sikap yang mengedepankan senioritas bisa kita jumpai di setiap situasi. Contohnya saat kita sedang berada dalam lingkup dunia kerja. Tidak jarang, senioritas juga diterapkan di lingkungan sekitar. Mereka yang memiliki sikap senior menempatkan diri sebagai sosok manusia dengan hierarkis tertinggi.

Tanpa disadari, senioritas menghambat perkembangan karakter seseorang yang berdampak pada masa depannya. Ini yang akan mengganggu pertumbuhan profesional maupun kehidupan di lingkungan sosial. Hal ini juga turut disertai oleh alasan yang kuat. Mengetahui kenyataan tersebut, apa kamu masih ingin mempertahankan sikap senioritas yang berlebihan?

1. Tidak mampu berpikir dan bertindak secara independen

ilustrasi sosok otoriter (pexels.com/Vlada Karpovich)

Sikap senioritas seringkali dianggap sebagai hal yang wajar. Merasa memiliki kedudukan hierarkis yang tinggi, seseorang mengembangkan sikap angkuh dan merasa benar sendiri. Namun sikap senioritas secara berlebihan ternyata dapat menghambat perkembangan karakter pribadi.

Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya kesempatan untuk pemikiran yang independen. Alih-alih berusaha dan mengandalkan kemampuan sendiri, justru melimpahkan wewenang dan tanggung jawab kepada orang-orang di bawahnya. Dalam bertindak mereka tidak pernah bisa memaksimalkan kemandirian.

2. Enggan melakukan introspeksi dan evaluasi diri

Editorial Team

Tonton lebih seru di