Inspirasi Ramadan: meski Umat Kristiani, Aku Ikut Puasa Penuh

Panggil saja aku dengan sapaan Yohannes, tanpa menyertakan Wijaya sebagai nama belakangku. Aku berasal dari sebuah keluarga kecil yang berdomisili di Pasuruan, Jawa Timur.
Aku tak bisa memilih dilahirkan dengan agama lain selain Kristen karena keluarga besarku memeluknya secara turun menurun. Tak pernah ku bayangkan aku mengikuti ibadah agama lain.
Ibadah dari agamaku sendiri saja sering ku tinggalkan, apalagi harus mencicipi ibadah orang lain. Tapi semuanya berubah ketika aku menginjak usia sekitar 17-an tahun.
1. Aku dilahirkan dan dibesarkan di keluarga Kristen
Apalah arti sebuah agama kalau seseorang yang mengembannya tidak mendalaminya secara baik. Memang, aku dilahirkan dalam keluarga Kristen, tapi agama tersebut seakan-akan hanya menjadi penanda KTP.
Ketika ada acara Paskah atau Natal, kami pergi ke GKJ (Gereja Kristen Jawa). Kadang ke gereja, kadang juga absen. Terutama ketika sakit ayahku kambuh, sudah dapat dipastikan kami tidak akan pergi ke gereja, terutama pada hari Minggu.
Kami bukanlah keluarga yang setiap pagi selalu ada saat teduh bersama. Bahkan ketika makan pun, doanya juga sendiri-sendiri.
Itu pun kalau ada yang ingat. Waktu kita untuk berdoa bersama hanya saat ada anggota keluarga yang merayakan ulang tahun, atau saat-saat terakhir bersama ayah.