Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi membaca (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi membaca (pexels.com/Mikhail Nilov)

Isra Mikraj merupakan peristiwa besar yang sangat langka dan hanya dialami oleh Nabi Muhammad SAW. saja. Bukan tanpa tujuan, Isra Mikraj tentunya memiliki makna yang mendalam bagi umat muslim. Dalam peristiwa Isra Mikraj, umat Islam sangat diuji keimanannya. Pasalnya, banyak sekali hal-hal yang dialami Nabi Muhammad saat Isra Mikraj yang di luar akal manusia.

Mulai dari mengendarai Buraq yang secepat kilat, hingga menembus langit ketujuh untuk menerima wahyu hanya dalam waktu singkat, yaitu satu malam. Nah, sebagai umatnya Nabi Muhammad bagaimana seharusnya kita menyikapi kisah Isra Mikraj? Agar keimanan kita semakin mantap, yuk, simak baik-baik pembahasan ini, ya!

1. Menerima berita Isra Mikraj

ilustrasi membaca (pexels.com/Artem Podrez)

Islam adalah agama yang lurus dan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Nabi Muhammad adalah manusia pilihan Allah yang meneruskan perjuangan dakwah Islam. Dia adalah seorang nabi dan rasul yang tidak mungkin membuat berita bohong.

Islam mengajarkan untuk mengimani (percaya) kepada hal-hal gaib yang bersumber dari Allah dan Rasul-Nya, melalui penjelasan Al-Quran dan Hadits (perkataan nabi). Iman kepada hal yang gaib termasuk iman kepada Allah, malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, kedatangan hari kiamat, dan ketetapan Allah. Itulah pilar Islam yang hanya bisa diterima melalui iman (kepercayaan).

Nah, Isra Mikraj juga termasuk hal gaib yang harus kita imani sebagai umatnya Nabi Muhammad. Karena Allah sudah menginformasikan kebenaran berita ini melalui surat di dalam Al-Quran surat Al-Isra: 1, yang artinya:

"Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

2. Mengimani tentang berita Isra Mikraj

ilustrasi sedang mempelajari tentang Islam (pexels.com/Thirdman)

Berita tentang Isra Mikraj mungkin terdengar mustahil bagi orang yang tidak beriman. Akan tetapi, kita sebagai muslim dan umatnya Nabi Muhammad wajib mengimani peristiwa tersebut. Dalam tafsir Quran KEMENAG, setelah peristiwa itu terjadi banyak orang yang meragukan berita tersebut, termasuk kaum musyrikin saat itu.

Namun, ada salah seorang sahabat Nabi Muhammad, yaitu Abu Bakar yang langsung percaya dengan apa yang telah dialami Nabi Muhammad, tanpa banyak bertanya. Nah, pada saat itu juga Abu Bakar memperoleh gelar Ash-Shiddiq (orang yang benar) karena selalu membenarkan apa yang dikatakan Nabi Muhammad.

Jadi, sikap Abu Bakar inilah yang seharusnya menjadi contoh bagi semua umat muslim. Karena Nabi Muhammad adalah orang yang paling dekat dengan Allah dan jauh dari kemaksiatan apalagi berbohong. Apalagi berita ini juga diperkuat oleh banyaknya Hadits Shahih yang membenarkan kejadian Isra Mikraj, seperti dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.

3. Tidak menolak kebenaran berita Isra Mikraj

ilustrasi larangan menolak kebenaran (freepik.com/wayhomestudio)

Sebagai seorang muslim dan umatnya Nabi Muhammad, kita tidak boleh meragukan bahkan menolak berita Isra Mikraj. Meragukan atau menolak berita Isra Mikraj berarti sama saja mendustakan Nabi Muhammad dan Al-Quran. Ini bahaya yang bisa menyebabkan kekufuran atau keluar (murtad) dari Islam. Na`udzubillah.

Meskipun peristiwa Isra Mikraj di luar akal, berita ini hanya dapat diterima melalui iman yang kuat dan mengaku sebagai muslim. Dengan begitu, apa pun yang dikatakan Nabi Muhammad maka seharusnya kita percayai dan tidak meragukannya. Karena perkataan Nabi Muhammad juga bersumber dari wahyu Allah. Inilah yang diajarkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq kepada kita agar senantiasa meningkatkan kualitas iman dengan rajin memperdalam ilmu agama.

4.Bersyukur

ilustrasi berdoa (pexels.com/Alena Darmel)

Masih ingat dengan ending kisah Isra Mikraj saat Nabi Muhammad menerima wahyu untuk mendirikan salat? Nah, sebelum peristiwa Isra Mikraj belum ada perintah dan kewajiban salat lima waktu seperti sekarang ini, ya. Dalam kitab Shahih Muslim, Anas bin Malik, yaitu sahabatnya Nabi Muhammad, menjelaskan bahwa ketika Nabi Muhammad Mikraj hingga langit ketujuh, datang wahyu dari Allah untuk mengerjakan salat lima puluh kali sehari semalam.

Nabi Muhammad merasa itu akan memberatkan umatnya, dan mencoba memohon kepada Allah agar diringankan salatnya. Akhirnya, Nabi Muhammad mendapatkan keringanan dari Allah untuk mengerjakan salat cukup lima kali sehari semalam. Satu kali salat mendapatkan sepuluh pahala dan lima kali salat mendapatkan lima puluh pahala, yang sebanding dengan salat lima puluh kali sehari semalam.

Masya Allah, seharusnya kita bersyukur atas peristiwa Isra Mikraj karena ibadah kita sudah diringankan oleh Allah melalui permohonan Nabi kita Muhammad SAW. Semisal Nabi Muhammad tidak memohon keringanan, tentu kita akan merasa keberatan dalam menjalankan ibadah.

Sikap seorang muslim terhadap kisah Isra Mikraj yang patut dicontoh dan kita imani. Mengaku sebagai muslim dan umatnya Nabi Muhammad saja tidak cukup, tapi dengan memperdalam ilmu agama akan meningkatkan kualitas iman kita. Mari kita tingkatkan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah, khususnya di bulan Rajab ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team