Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bersorak gembira (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi bersorak gembira (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Siapa yang tidak senang memperoleh keberuntungan? Bisa dipastikan ini menjadi dambaan semua orang. Tanpa harus bersusah payah, ketika keberuntungan datang seseorang pasti merasa bahagia. Tapi apa yang terjadi saat akhirnya kita terpaku pada keberuntungan?

Bahkan menjadi orang yang berpangku tangan dan tidak mau berusaha sama sekali. Pada akhirnya ini akan mendatangkan sejumlah sisi negatif dalam hidup. Bahkan mengacaukan motivasi yang sudah terbangun sejak awal. Alangkah baiknya kamu mulai menyadari empat sisi negatif di bawah ini sebelum semakin terjerumus.

1. Kurangnya perencanaan yang matang

ilustrasi perencanaan cermat (unsplash.com/Alvaro reyes)

Keberuntungan dalam hidup tentu menjadi harapan. Ketika seseorang merasakan keberuntungan, kebahagiaan sudah pasti akan menyertai. Tapi yang namanya keberuntungan ini juga tidak bisa diharapkan kehadirannya setiap saat. Ketika terbiasa menjadi orang yang selalu mengandalkan keberuntungan, justru kita akan merasakan sejumlah sisi negatif.

Hal ini memicu kurangnya perencanaan yang matang. Ketika terlalu mengandalkan keberuntungan, seseorang mungkin malas untuk merencanakan atau memikirkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Mereka lebih suka memikirkan cara-cara instan. Padahal, perencanaan yang matang bisa meminimalkan risiko dan memberikan kontrol hasil yang lebih baik.

2. Mengabaikan pengembangan diri

ilustrasi bermalas-malasan (pexels.com/RDNE Stock Project)

Untuk mendidik diri menjadi sosok manusia berkualitas, kita harus memperhatikan pengembangan diri. Contohnya dengan menanamkan sikap tanggung jawab serta disiplin. Dengan pengembangan diri yang optimal, seseorang dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik. Sekaligus terampil dalam menghadapi setiap tantangan.

Tapi bagaimana jadinya Ketika seseorang cenderung mengandalkan keberuntungan? Pada akhirnya ia akan mengabaikan konsep pengembangan diri. Orang yang bergantung pada keberuntungan mungkin tidak merasa perlu untuk terus belajar atau meningkatkan keterampilan. Mereka cenderung merasa bahwa segala sesuatu akan berjalan sesuai harapan, sehingga tidak melihat pentingnya berusaha lebih keras.

3. Tidak siap dalam menghadapi tantangan

ilustrasi menutupi muka (pexels.com/Norma Mortenson)

Keberuntungan yang selalu menyertai hidup tentunya menjadi kebahagiaan tersendiri. Bahkan ini menjadi doa dan harapan dari setiap orang. Tapi bukan berarti kita mendidik diri menjadi orang yang selalu mengandalkan keberuntungan. Cara demikian ini tidak akan mendatangkan keberhasilan sesuai yang diharap. Sebaliknya, kita justru akan berhadapan dengan sisi negatif.

Ketika seseorang terbiasa mengandalkan keberuntungan, ia tidak akan siap menghadapi tantangan. Mereka cenderung mengeluh saat menghadapi kesulitan yang nyata. Terlalu mengandalkan keberuntungan membuat seseorang tidak memiliki kemampuan problem solving yang kuat. Mereka terbiasa dengan kemudahan-kemudahan tanpa harus melewati fase jatuh bangun.

4. Perasaan puas yang bersifat semu

ilustrasi merasa bahagia (pexels.com/Ono Kosuki)

Bagaimana perasaanmu saat keberuntungan selalu menyertai kehidupan? Pastinya perasaan puas sekaligus bahagia akan mendominasi. Sebenarnya ini fenomena yang wajar saat seseorang bahagia. Tadi berbeda jadinya ketika mengandalkan keberuntungan dalam setiap aspek kehidupan. Sampai-sampai tidak memiliki kemauan berusaha sama sekali.

Pada akhirnya ini akan menimbulkan perasaan puas yang semu. Keberhasilan yang diperoleh tanpa usaha bisa terasa tidak memuaskan dalam jangka panjang. Orang yang sering mengandalkan keberuntungan mungkin tidak merasakan kebahagiaan yang sama seperti mereka yang bekerja keras dan benar-benar berjuang untuk meraih pencapaian.

Terbiasa mengandalkan keberuntungan akan mendidik diri menjadi salah satu individu pemalas. Kita cenderung enggan bangkit dan berusaha untuk meraih tujuan. Tidak jarang menjadi tipe orang yang mengharapkan cara-cara instan. Belum lagi dengan pengembangan diri yang pada akhirnya terabaikan. Tentu kita harus mengingat setiap sisi negatif tersebut. Untuk selanjutnya belajar menjadi individu yang mau berjuang dan tidak hanya mengandalkan keberuntungan sesaat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian