Bukan satu dua kali kalimat "mulutmu harimaumu" digaungkan. Sudah banyak buktinya, jika setiap ucapan yang keluar dari mulut kota tak semua bisa sama maknanya jika diterima orang lain. Beberapa memang ingin menyampaikan hal penting, tapi tak selaras dengan apa yang dipikirkan dan dirasakan.
Semua bisa disebabkan karena emosi sesaat. Jika sudah begitu, dampaknya sudah tak bisa lagi diprediksi.
Itu sebabnya mengapa kita juga harus menjaga lisan. Ada kalanya kita bahkan dilarang "berbicara" kepada orang lain dalam kondisi-kondisi tertentu. Tak semua merugikan, hanya saja berjaga-jaga karena tak semua kata-kata dari lisan kita bisa diterima baik oleh orang lain. Lalu, kapan waktu terburuk bagi kita untuk "berbicara" kepada orang lain?