Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perempuan sedang bermalas-malasan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menganggur sering dianggap sebagai waktu luang yang bisa digunakan untuk beristirahat atau bahkan healing. Akan tetapi, kenyatannya justru banyak orang merasa lebih lelah, stres, dan kehilangan semangat saat gak bekerja. Kalau kamu pernah merasa begini, bisa jadi kamu sedang mengalami burnout.

Burnout terjadi karena stres dan kelelahan yang dibiarkan berlarut-larut. Burnout gak selalu dialami oleh orang yang capek bekerja. Bahkan orang yang gak bekerja pun bisa mengalami burnout. Ini terjadi karena selama menganggur, orang bisa stres akibat kehilangan rutinitas, masalah finansial, dan stigma sosial. Burnout bisa berdampak serius kalau tidak dikenali sejak awal. Kali ini kamu akan diajak mengeksplorasi secara mendalam mengenai tanda-tanda burnout saat menganggur yang sering kali gak disadari.

1. Kehilangan motivasi sehari-hari

ilustrasi bermalas-malasan (pexels.com/Monstera)

Salah satu tanda paling jelas adalah kehilangan motivasi untuk menjalani aktivitas harian. Baru bangun tidur saja kamu sudah merasa gak bersemangat, malas mandi, dan hari-hari berjalan seperti “autopilot”. Padahal, waktu luang yang kamu miliki seharusnya bisa digunakan untuk hal produktif, seperti belajar hal baru, memperbarui CV, atau sekadar olahraga ringan.

Burnout membuat otak seperti macet. Kamu tahu harus melakukan sesuatu, tapi tubuh dan mentalmu seperti menolak. Ini bukan sekadar malas, melainkan kehabisan tenaga emosional dan psikologis.

2. Merasa bersalah terus-menerus

ilustrasi perempuan sedang sedih (pexels.com/Alex Green)

Menganggur sering membawa rasa bersalah yang menyiksa. Pemikiran seperti “Harusnya aku udah kerja,” “Ngapain aja, sih, aku selama ini?” “Teman-temanku udah mapan, aku masih gini-gini aja” bikin batinmu tersiksa dan makin terpuruk. Kamu merasa gak produktif, lalu merasa bersalah, lalu makin gak produktif karena overthinking dan begitu seterusnya.

Burnout muncul saat tekanan dari dalam diri sendiri ini terus menumpuk tanpa ada pelepasan. Ini bisa diperparah oleh tekanan sosial dan ekspektasi keluarga atau lingkungan sekitar. Akibatnya, kamu tahu bahwa kamu seharusnya melakukan ini dan itu, tapi tubuhmu seperti menahan kamu dari melakukannya.

3. Sulit tidur atau tidur berlebihan

ilustrasi tidur siang (unsplash.com/Katya Ross)

Burnout bisa memengaruhi pola tidur. Beberapa orang merasa sulit tidur karena pikirannya gak bisa berhenti bekerja. Sementara, yang lain justru tidur berlebihan sebagai bentuk pelarian dari kenyataan.

Keduanya sama-sama gak sehat. Kurang tidur membuatmu cepat lelah dan mudah tersinggung, sedangkan terlalu banyak tidur justru memperburuk mood dan membuat kamu merasa lebih kosong. Jika pola tidurmu berubah drastis selama menganggur, ini bisa jadi salah satu tanda bahwa tubuhmu sedang dalam kondisi stress.

4. Menghindari interaksi sosial

ilustrasi perempuan sedang kesepian (pexels.com/Polina Sirotina)

Saat sedang burnout, kamu mungkin akan menarik diri dari orang-orang terdekat. Kamu gak ingin ditanya-tanya soal pekerjaan atau merasa malu karena belum juga “berhasil.” Padahal, interaksi sosial justru penting sebagai penyeimbang emosi. 

Ketika kamu mulai sering menolak ajakan teman, gak membalas pesan, atau menghindari ngobrol dengan keluarga, bisa jadi kamu sedang berada dalam fase burnout yang cukup dalam. Isolasi ini bisa memperburuk perasaan kesepian dan membuat kamu makin merasa terjebak. Padahal, di saat-saat seperti ini, interaksi sosial yang baik bisa jadi penyemangat agar kamu bangkit lagi.

5. Sering merasa cemas tanpa alasan jelas

ilustrasi laki-laki sedang cemas (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Cemas dan khawatir itu wajar. Akan tetapi, kalau kamu merasa cemas hampir setiap waktu, padahal gak ada hal konkret yang terjadi, itu bisa jadi tanda burnout. Perasaan ini bisa muncul dalam bentuk jantung berdebar, kepala terasa berat, atau dada sesak.

Burnout selama menganggur itu nyata, dan kamu gak perlu merasa bersalah karena mengalaminya. Justru dengan menyadari tanda-tandanya sejak awal, kamu bisa mengatur strategi untuk bangkit lebih cepat. Ingat, kamu tidak gagal hanya karena belum bekerja. Sebaliknya, kamu sedang berada dalam proses, dan proses itu gak harus selalu terlihat produktif. Semoga kamu bisa lebih sayang sama diri sendiri, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian