ilustrasi pria merenung (pexels.com/Ervick)
Saat kamu tidak lagi peduli hari apa ini, atau apa yang kamu makan, atau ke mana hidupmu berjalan—itu tandanya kamu sedang kehilangan pijakan emosional. Kamu merasa seperti sedang hidup dalam mode auto-pilot. Di fase ini, kamu nggak butuh target baru. Kamu butuh jeda. Biarkan dirimu berhenti merespons dunia luar untuk sementara.
Perasaan kosong ini bukan akhir dari segalanya, melainkan alarm bahwa kamu butuh merawat diri sendiri lebih dalam. Kamu gak harus jadi versi “semangat 45” tiap hari. Cukup jadi manusia yang sadar sedang lelah pun sudah cukup hebat. Perlahan, saat waktunya tepat, kamu akan menemukan makna dan arah lagi. Tapi untuk sekarang? Cukup bertahan, dan itu sudah luar biasa.
Hidup bukan perlombaan tanpa garis akhir. Kadang kamu cuma butuh berhenti, duduk, dan membiarkan semuanya tenang tanpa merasa gagal. Kita sering diajari bahwa berhenti adalah kelemahan, padahal justru di titik itu kita belajar mengenal diri lebih dalam. Bertahan bukan berarti stagnan, itu adalah bentuk ketahanan yang diam-diam menyelamatkanmu dari kehancuran.
Kamu gak perlu selalu punya rencana, kamu juga boleh merasa bingung. Beri izin pada diri untuk tidak baik-baik saja tanpa rasa bersalah. Dunia bisa menunggu, tapi kesehatan mentalmu tidak. Dan kamu gak sendirian, banyak orang juga sedang melalui hal serupa, diam-diam. Hari ini, kalau kamu cuma bisa tidur dan minum air putih, itu sudah cukup. Kamu sedang melakukan yang terbaik dari apa yang kamu mampu. Dan itu, sangat layak diapresiasi.