Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi gawai (freepik.com/freepik)
Ilustrasi gawai (freepik.com/freepik)

Media sosial udah jadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita. Dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, rasanya susah lepas dari scroll timeline. Tapi di balik keseruan berselancar di dunia maya, ada bahaya yang mengintai, yakni buzzer.

Buzzer ini ibarat hantu di media sosial, ada tapi gak keliatan, bergerak dengan agenda tersembunyi, dan bisa bikin opini publik jadi bias. Mereka bukan sekadar netizen biasa yang suka komen, tapi orang-orang yang dibayar untuk mengarahkan pembicaraan ke arah tertentu. Nah, biar kamu gak gampang kemakan propaganda mereka, yuk kenali lima tanda kalau kamu lagi berhadapan dengan buzzer!

1. Akun baru tapi langsung nyerocos panjang lebar soal isu sensitif

Ilustrasi gawai (freepik.com/benzoix)

Pernah gak sih ketemu akun yang baru dibuat beberapa minggu, tapi udah cerewet banget ngomongin politik atau isu kontroversial? Ini salah satu red flag yang paling gampang dikenali. Netizen biasa yang baru bikin akun biasanya masih malu-malu, posting foto makanan atau retweet meme dulu.

Tapi buzzer? Mereka langsung gas pol ngomongin topik panas dengan percaya diri seolah udah jadi ahlinya bertahun-tahun. Coba deh cek tanggal pembuatan akunnya. Kalau masih fresh tapi udah kayak komentator senior, patut dicurigai tuh. Apalagi kalau postingannya cuma fokus ke satu isu doang tanpa ada kehidupan personal sama sekali.

2. Posting dengan ritme yang gak masuk akal kayak robot kerja shift

ilustrasi gawai (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Netizen normal punya kehidupan di dunia nyata, entah kerja, sekolah, nongkrong, atau sekadar rebahan. Tapi buzzer? Mereka bisa posting dari jam 6 pagi sampai jam 2 malam dengan konsistensi yang bikin kamu mikir, "Kapan tidurnya nih orang?"

Yang lebih mencurigakan lagi, mereka bisa nge-post puluhan kali dalam sejam dengan konten yang mirip-mirip. Coba perhatiin timeline mereka, kalau ada yang posting setiap 5 menit selama berjam-jam tanpa jeda, kemungkinan besar itu buzzer yang lagi menjalankan tugas. Manusia biasa mana yang sanggup kayak gitu? Pasti ada yang gak beres.

3. Selalu pakai narasi yang sama persis kayak udah ada templatenya

ilustrasi gawai (pexels.com/cottonbro studio)

Kalau kamu perhatiin, buzzer itu punya ciri khas dalam cara mereka berargumen. Mereka kayak punya script yang udah disiapkan, kata-kata kunci yang sama, framing yang identik, bahkan typo yang mirip-mirip.

Misalnya, tiba-tiba banyak akun yang bilang "Kebijakan ini sangat pro-rakyat dan visioner" dengan kalimat yang hampir sama persis. Atau sebaliknya, muncul gelombang kritik dengan pola yang seragam. Ini bukan kebetulan, tapi strategi yang udah direncanakan. Netizen biasa punya cara unik masing-masing dalam menyampaikan pendapat, gak kayak copy-paste gini.

4. Gak pernah mau diskusi sehat dan cuma nyerang terus tanpa logika

Ilustrasi gawai (freepik.com/stockking)

Coba deh ajak diskusi buzzer dengan argumen yang masuk akal. Bukannya menanggapi dengan data atau fakta, mereka malah nyerang personal, ngeluarin kata-kata kasar, atau malah ngalihkan topik ke hal lain. Ini karena tujuan mereka bukan untuk berdiskusi, tapi untuk mendominasi percakapan.

Buzzer juga sering pakai teknik "gish gallop", ngelempar banyak klaim sekaligus tanpa bukti, bikin kamu kewalahan untuk menanggapi semuanya. Kalau ada yang kayak gini, mending gak usah ditanggapi. Energi kamu lebih berharga daripada debat kusir yang gak ada ujungnya.

5. Followers banyak tapi engagement gak wajar dan terkesan palsu

ilustrasi gawai (pexels.com/Pixabay)

Ini tanda yang agak teknis tapi penting untuk diperhatiin. Buzzer sering punya followers ribuan atau bahkan puluhan ribu, tapi kalau dicek engagement-nya aneh banget. Misalnya, followers 50 ribu tapi yang like cuma belasan, komennya juga sepi.

Atau sebaliknya, komennya rame tapi isinya cuma "Setuju!", "Mantap!", "Benar sekali!" tanpa ada diskusi yang substantif. Ini indikasi kuat kalau followers mereka kebanyakan bot atau akun bayaran juga. Netizen organik biasanya punya rasio engagement yang lebih natural dan komentar yang lebih bervariasi.

Jadi, udah paham kan sekarang cara bedain buzzer dengan netizen biasa? Ingat, gak semua yang vokal di media sosial itu buzzer, tapi kamu perlu waspada dengan tanda-tanda di atas. Daripada ikut terprovokasi atau malah jadi korban propaganda, lebih baik verifikasi dulu informasi dari berbagai sumber terpercaya. Media sosial memang seru, tapi jangan sampai kamu jadi korban manipulasi opini. Stay smart, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team