Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
kelompok kerja
ilustrasi kelompok kerja (pexels.com/Gustavo Fring)

Intinya sih...

  • Terlalu banyak konflik antar anggota kelompok kerja

  • Proyek lama berakhir, proyek baru butuh skill berbeda

  • Pencapaian kerja cenderung turun dan struktur kepengurusan lama tidak diganti

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jangan terlena dalam situasi berkelompok. Apalagi kelompok kerja yang harus selalu dievaluasi secara ketat. Kadang tanpa terasa kelompok telah terlalu lama terbentuk. Orang-orangnya itu-itu saja.

Satu sisi, kelompok yang sama membuat kalian merasa sudah saling mengenal dengan sangat baik. Kalian mungkin kompak sekali. Namun, sebagai tim kerja yang menghadapi berbagai tantangan boleh jadi gak efektif dan efisien lagi.

Meski bongkar pasang anggota kelompok juga tidak baik, jangan pula anti dengan perombakan. Lima tanda kelompok kerja perlu dirombak berikut ini harus dilakukan jika kalian menemukannya. Dengan perombakan, suasana kerja akan lebih segar dan sehat.

1. Terlalu banyak konflik

ilustrasi kelompok yang kacau (pexels.com/cottonbro studio)

Konflik tidak bisa sepenuhnya dihindarkan dalam kelompok apa pun. Lain orang lain pandangan. Apalagi ketika kalian semua berada di bawah tekanan pekerjaan. Perselisihan tidak terhindarkan.

Namun, pahami batasan konflik yang sehat dalam kelompok dengan tanda tim tersebut perlu diubah secara besar-besaran. Kalian tak dapat bekerja dengan nyaman kalau permasalahan antaranggota terus muncul. Energi setiap orang habis duluan.

Kemampuan bekerja sama menjadi sangat rendah. Boro-boro bekerja sama, ketika kalian berkumpul saja raut wajah masing-masing sudah gak bersahabat. Kelompok terpecah belah. Ada kubu ini dan itu.

Perombakan mendesak dilakukan. Orang-orang yang sudah terlalu berseberangan lebih baik dipisah sekalian menjadi beberapa tim kecil. Atau, ambil langkah tegas dengan mengeluarkan siapa yang paling menjadi trouble maker.

2. Proyek lama berakhir, proyek baru butuh skill berbeda

ilustrasi kelompok kerja (pexels.com/cottonbro studio)

Beberapa proyek yang selama ini diambil barangkali masih bisa ditangani oleh kelompok yang sama. Akan tetapi, belum tentu dengan proyek-proyek selanjutnya. Hindari perasaan kalian mesti selalu bersama apa pun jenis proyeknya.

Kelompok kerja tidak perlu menjaga solidaritas sampai gak masuk akal seperti itu. Kalian kudu memandang tugas secara logis. Di proyek yang berbeda barangkali skill yang dibutuhkan juga lain. Misalnya, proyek-proyek sebelumnya cukup ditangani oleh orang dengan latar belakang teknik arsitektur.

Namun, sekarang malah teknik sipil yang lebih dibutuhkan. Artinya, lulusan arsitektur mesti dikurangi dan digantikan sarjana teknik sipil. Jangan memaksakan proyek tetap dikerjakan oleh orang yang kurang berkompeten karena hasilnya bisa sangat buruk bahkan berbahaya.

3. Pencapaian cenderung turun

ilustrasi kelompok kerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Ini bukan soal hubungan antaranggota harmonis atau tidak. Jika ini sekadar kelompok pertemanan biasa, tentu gak ada target yang harus dicapai. Beda dengan tim kerja yang prestasinya wajib dievaluasi secara berkala.

Dari hasil penilaian tersebut tak terbantahkan lagi bahwa pencapaian kerja nyaris gak ada peningkatan. Paling bagus kalian cuma bisa mempertahankan prestasi kerja sebelumnya yang juga belum maksimal. Akan tetapi, lebih sering pencapaian melorot.

Kalian gak mungkin selamanya begini. Penurunan prestasi langsung berdampak pada pendapatan kalian bila job diterima langsung dari klien. Kalaupun kalian semua digaji oleh perusahaan, atasan pasti makin tidak puas. Ujung-ujungnya bonus kalian dipangkas atau semua kena omelan. Mungkin memang sudah waktunya kelompok itu diperbarui.

4. Struktur kepengurusan lama tidak diganti

ilustrasi kelompok kerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Jangan berusaha menciptakan dinasti di dalam kelompok apa pun. Sekalipun tadinya susunan pengurus dipilih bersama-sama, bukan berarti berlaku untuk selamanya. Bahkan sebaiknya ada pembatasan yang jelas tentang masa jabatan pengurus.

Seperti tiap orang hanya boleh menduduki jabatan yang sama selama 2 tahun bila setahun dirasa terlalu singkat. Periode berikutnya dilakukan pemilihan pengurus lagi. Untuk kelompok kerja yang cukup besar, pergantian kepengurusan mutlak diperlukan.

Hindari mendewakan beberapa orang saja seolah-olah orang lain tak akan mampu bekerja sebaik mereka. Kalau setiap orang berpeluang menduduki posisi penting dalam struktur kepengurusan kelompok, semangat kerja naik. Kompetensi tiap orang juga makin terasah.

5. Indikasi ada musuh dalam selimut

ilustrasi mencecar musuh dalam selimut (pexels.com/Thirdman)

Hal ini tentu gak bisa terlalu cepat disimpulkan, tapi juga tak boleh terus dibiarkan. Semua anggota tim mesti cermat mengamati adanya perilaku janggal dari seseorang di antara kalian. Awalnya boleh jadi kalian sering saling berkonflik karena berbagai hal.

Namun, setelah masalahnya ditelusuri lebih lanjut selalu mengarah pada satu orang saja. Dia konsisten berperilaku mencurigakan. Ia yang pertama menyalakan api lalu menepi saat situasi mulai memanas. Ketika perselisihan reda, dia seperti kembali mencetuskan sesuatu yang bikin teman-temannya bertengkar lagi.

Tak berhenti pada siasat adu domba yang memecah belah kelompok. Ada juga uang yang hilang dan data penting atau rahasia kelompok bisa sampai ke kompetitor. Semua itu tidak mungkin mengalir ke luar begitu saja. Pasti ada oknum yang bermain.

Rencana perombakan kelompok tak selalu disambut baik oleh seluruh anggota. Akan tetapi, kalau kamu menemukan lima tanda kelompok kerja perlu dirombak, maka harus dilakukan. Akan tetapi, lakukan perombakan berdasarkan suara mayoritas dan kondisi nyata saja. Setelah perombakan pasti bakal ada masa adaptasi, namun itu lebih baik daripada mempertahankan kelompok yang gak produktif.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team