Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pembelajar dewasa (pexels.com/Luis Quintero)
ilustrasi pembelajar dewasa (pexels.com/Luis Quintero)

Belajar itu gak kenal usia, tapi cara orang dewasa belajar jelas berbeda sama anak-anak. Kalau anak-anak biasanya diarahkan oleh guru atau orang tua, orang dewasa lebih mandiri. Nah, ilmu yang membahas gimana cara terbaik buat ngajarin orang dewasa ini disebut andragogi.

Kalau kamu pernah ikut pelatihan kerja atau kursus pengembangan diri, konsep andragogi pasti sudah diterapkan di situ. Tapi, bukan berarti semuanya berjalan mulus. Ada tantangan yang harus dihadapi, sekaligus peluang besar buat masa depan andragogi. Berikut ini kita bahas lima tantangan utama dalam andragogi sekaligus masa depannya yang penuh harapan.

1. Motivasi yang bervariasi

ilustrasi mengajari pembelajar dewasa (pexels.com/ICSA)

Salah satu tantangan terbesar dalam andragogi adalah memahami motivasi peserta. Orang dewasa punya alasan yang beda-beda buat belajar. Ada yang mau belajar biar bisa naik jabatan, ada yang cuma pengen tahu, dan ada juga yang terpaksa ikut pelatihan karena diminta kantor. Motivasi ini bakal mempengaruhi seberapa serius peserta menyerap materi. 

Selain itu, di masa depan, teknologi seperti AI (Artificial Intelligence) bisa membantu menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal. Misalnya, platform e-learning yang bisa menyesuaikan materi dengan minat dan kebutuhan peserta. Jadi, motivasi mereka bisa terjaga sepanjang proses belajar.

2. Keterbatasan waktu dan energi

ilustrasi pembelajar dewasa (pexels.com/RDNE Stock project)

Orang dewasa punya banyak tanggung jawab, mulai dari pekerjaan, keluarga, hingga urusan sosial lainnya. Dengan jadwal yang padat, waktu buat belajar sering jadi korban. Ditambah lagi, energi mereka sudah terkuras buat aktivitas lain. Gak semua orang dewasa bisa fokus belajar di tengah kesibukan mereka. Belum lagi kalau model pembelajarannya monoton, malah bikin mereka makin gampang bosan.   

Solusinya adalah pembelajaran fleksibel yang gak terikat waktu atau tempat, misalnya kursus online yang bisa diakses kapan aja. Konsep microlearning, dimana materi disampaikan dalam potongan kecil yang gampang dicerna, juga jadi tren yang bakal terus berkembang. Misalnya, video pembelajaran 5 menit yang bisa ditonton sambil istirahat makan siang.

3. Pengalaman sebelumnya bisa jadi hambatan

ilustrasi mengajari pembelajar dewasa (pexels.com/SAULO LEITE)

Orang dewasa datang ke kelas atau pelatihan dengan pengalaman hidup dan kerja yang sudah mereka alami. Ini bisa jadi keuntungan, tapi juga hambatan. Ada kalanya pengalaman sebelumnya bikin orang dewasa susah menerima hal baru. Mereka cenderung skeptis, terutama kalau materi bertentangan sama apa yang mereka tahu. 

Andragogi di masa depan harus lebih fokus memanfaatkan pengalaman peserta sebagai bahan belajar. Teknik seperti reflective learning atau belajar dengan merenungkan pengalaman, bakal makin banyak dipakai. Peserta gak cuma diberi teori baru, tapi juga diajak membandingkan dengan pengalaman mereka sendiri. 

4. Teknologi sebagai pedang bermata dua

ilustrasi mengajar menggunakan teknologi (pexels.com/Yan Krukau)

Teknologi sudah jadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari, termasuk dalam dunia pembelajaran. Tapi buat sebagian orang dewasa, terutama generasi yang gak tumbuh besar dengan teknologi, ini bisa jadi tantangan. Gak semua orang dewasa familiar dengan teknologi pembelajaran seperti aplikasi e-learning, webinar, atau simulasi virtual.  

Kedepannya, pengembang teknologi pembelajaran harus lebih peduli sama user experience. Desain antarmuka yang sederhana dan intuitif bakal membantu peserta lebih cepat beradaptasi. Selain itu, pelatihan dasar penggunaan teknologi juga harus jadi bagian dari program belajar.

5. Dunia yang terus berubah

ilustrasi pembelajar dewasa aktif di kelas (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kita hidup di era yang apa-apa serba cepat. Perubahan di dunia kerja, teknologi, dan masyarakat bikin kebutuhan belajar juga berubah terus. Pelatihan yang relevan hari ini belum tentu relevan 5 tahun lagi. Ini bikin penyelenggara pelatihan dan fasilitator harus terus memperbarui kurikulum. Di sisi lain, peserta juga harus siap buat belajar hal baru di sepanjang hidup mereka atau istilah lainnya adalah lifelong learning.  

Itulah kenapa andragogi masa depan harus jadi lebih adaptif. Kurikulum perlu dirancang biar bisa disesuaikan dengan perkembangan zaman.    

Andragogi punya masa depan yang cerah di tengah tantangan yang ada. Dengan teknologi yang terus berkembang dan pendekatan pembelajaran yang makin personal, proses belajar orang dewasa bakal jadi lebih efektif dan menyenangkan.

Tapi, tetap ada PR besar, yaitu memastikan semua orang punya akses yang sama ke pembelajaran berkualitas, tanpa terkendala motivasi, waktu, pengalaman, atau teknologi. Jadi, apa pun tantangannya, andragogi harus siap menjawab kebutuhan belajar orang dewasa di masa depan

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team