Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi overthinking sebelum tidur (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi overthinking sebelum tidur (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Quarter life crisis merupakan masa transisi emosional yang pada umumnya terjadi pada orang-orang rentang usia 20 hingga 30 tahun. Periode itu adalah ketika mereka mulai mempertanyakan soal arah hidup, hubungan, karier, hingga eksistensi diri sendiri. Masa ini memang kerap kali diwarnai oleh kecemasan, perasaan yang tidak cukup, hingga tekanan sosial yang membuat banyak orang merasa mudah stres dan kehilangan arah.

Walau mungkin terdengar berat, namun nyatanya quarter life crisis merupakan fase penting dalam perjalanan hidup menuju kedewasaan. Oleh sebab itu, simaklah beberapa tips penting berikut ini dalam menghadapi quarter life crisis agar nantinya bisa menciptakan rencana jangka panjang yang lebih realistis dan menyenangkan.

1. Akui dan pahami perasaanmu tanpa menyalahkan diri sendiri

ilustrasi overthinking sebelum tidur (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Langkah awal yang bisa kamu lakukan dalam menghadapi quarter life crisis adalah dengan menerima bahwa perasaan takut, gagal, bingung, hingga tertekan merupakan sesuatu yang wajar. Kamu jangan sampai terburu-buru menyalahkan diri sendiri hanya karena belum mencapai standar kesuksesan seperti apa yang diharapkan orang lain atau media sosial.

Menerima emosi tanpa menghakimi diri tentu bisa membantu proses pemulihan mental dan juga menciptakan ruang bagi refleksi diri yang jujur. Semakin kamu berusaha untuk mengenali sumber kecemasan, maka semakin mudah pula dalam merancang berbagai langkah konkrit untuk mengatasi rasa tidak pasti yang mungkin dialami.

2. Hindari membandingkan hidupmu dengan orang lain

ilustrasi bekerja (pexels.com/Mikhail Nilov)

Salah satu pemicu utama dari quarter life crisis terletak pada kecenderungan untuk selalu membandingkan pencapaian diri dengan orang lain, khususnya di era digital saat ini yang dapat diakses melalui media sosial. Padahal perlu di ingat bahwa setiap orang memiliki jalur waktu pengalaman dan keberuntungan yang berbeda-beda, sehingga tidak semestinya dibandingkan.

Alih-alih merasa terjebak dengan perbandingan yang melelahkan, justru kamu lebih baik fokus pada setiap progres pribadi, entah itu sekecil apa pun yang diperoleh. Dengan begitu, maka kamu bisa lebih menghargai setiap langkah kecil yang ditempuh dan berusaha membangun kepercayaan diri secara perlahan, namun pasti.

3. Buat tujuan yang realistis dan fleksibel

ilustrasi bekerja (pexels.com/Alena Darmel)

Memiliki tujuan hidup memang dinilai penting, namun tujuan hidup tersebut haruslah realistis dan dapat disesuaikan dengan perubahan kondisi saat ini. Menetapkan ekspektasi yang terlalu tinggi dalam waktu singkat justru akan semakin memperburuk rasa gagal dan pada akhirnya tidak bisa mencapai sesuai dengan rencana yang dibuat.

Cobalah untuk selalu menetapkan target jangka pendek yang spesifik dan dapat di capai, namun tetap berusaha membuka ruang bagi kemungkinan dalam berubah arah. Melalui fleksibelitas yang ada, maka kamu bisa tetap bersikap produktif tanpa harus terjebak dalam tekanan yang berlebihan.

4. Cari dukungan dan jangan takut konsultasi ke profesional

ilustrasi bekerja (pexels.com/Helena Lopes)

Menyimpan semua kegelisahan sendiri ternyata rentan membuatmu mengalami tekanan mental yang semakin berat, bahkan berujung pada depresi. Penting untuk selalu membicarakan terkait perasaan dengan orang-orang terdekat yang memang bisa dipercaya, termasuk mencari komunitas yang memiliki pengalaman serupa.

Jika perasaan yang kamu miliki semakin parah dan mulai mengganggu aktivitas harian, maka jangan sampai ragu untuk menemui psikologi atau konselor agar bisa menemukan solusi yang terbaik. Bantuan profesional dapat memberikan perspektif secara objektif, serta strategi coping yang sesuai dengan kondisi emosionalmu saat ini.

Quarter life crisis bukanlah tanda kegagalan, melainkan undangan agar bisa semakin mengenal diri sendiri dan hidup dengan lebih baik. Proses ini memang terkesan menantang, namun tetap membuka peluang untuk membangun masa depan yang lebih baik dan tangguh ke depannya. Ingat kamu tidak sendirian, sebab setiap orang ternyata memiliki fase quarter life crisisnya masing-masing!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian