Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pengusaha Asia yang fokus mengenakan sweter dan earphone biru, bekerja di kantor menggunakan laptop dan membuat catatan. (istockphoto.com/parichat wongyai)

Merasa kewalahan dengan tumpukan pekerjaan dan tuntutan untuk selalu produktif sepertinya sudah menjadi makanan sehari-hari. Berbagai productivity hack atau trik produktivitas pun dicari untuk bisa mengendalikan semuanya, mulai dari email hingga urusan personal. Tujuannya satu, yakni agar hidup lebih efisien dan tidak lagi pusing tujuh keliling.

Namun, di sisi lain, obsesi terhadap produktivitas ini bisa menjadi pedang bermata dua yang berbahaya. Dilansir NPR, dalam ulasan buku Leaving Isn't the Hardest Thing, budaya memuja efisiensi dan kerja keras tanpa henti bisa disamakan dengan kultus yang menuntut kepatuhan buta. Pada akhirnya, kita malah bisa menyalahkan diri sendiri saat gagal, padahal sistem kerjanya yang mungkin perlu dipertanyakan.

Nah, agar tidak terjebak dalam kultus yang mengganggu tersebut, coba hal-hal berikut agar terhindar dari stres. Makin konsisten, kamu akan makin bisa mengimbangi setiap kesibukanmu.

1. Merencanakan hari dan minggu secara realistis

ilustrasi merencanakan sesuatu (istockphoto.com/Hispanolistic)

Kunci utama untuk mengambil alih kendali adalah dengan membuat rencana yang matang di awal. Dilansir The Guardian, seorang administrator profesional menyarankan untuk menjadwalkan hanya 80% dari hari kerjamu. Sisa 20% sengaja dikosongkan untuk memberi ruang bagi interupsi atau tugas tak terduga yang sering kali muncul.

Selain rencana harian, penting juga untuk memiliki gambaran besar mingguan. Coba lihat jadwalmu dari perspektif energi, apakah ada cukup waktu istirahat di antara padatnya rapat atau perjalanan dinas? Dengan menyeimbangkan beban kerja dan energi, kamu bisa menjalani minggu dengan lebih tenang dan terhindar dari kelelahan.

2. Selesaikan tugas tersulit lebih dulu atau ‘eat the frog’

Gadis mengerut bibirnya untuk memberikan ciuman yang bagus kepada katak kecil lucu yang dia pegang di tangannya. (istockphoto.com/PeskyMonkey)

Pernah mendengar istilah ‘eat the frog’? Teori ini menyarankanmu untuk mengerjakan tugas yang paling berat atau paling tidak kamu sukai di pagi hari. Dilansir The Guardian, menunda-nunda pekerjaan sulit hanya akan membuatnya terus menghantui pikiranmu sepanjang hari. Dengan menyelesaikannya lebih dulu, kamu akan mendapatkan suntikan dopamin yang memotivasi untuk melanjutkan tugas lainnya.

Untuk mendukung metode ini, bedakan antara ‘to-do list’ (daftar semua tugas) dan ‘must-do list’ (daftar prioritas utama). Fokuslah pada tiga tugas paling krusial yang wajib selesai hari itu; sisanya adalah bonus. Jangan lupa siapkan juga ‘ta-da list’ untuk mencatat semua yang sudah berhasil kamu kerjakan agar kamu merasa lebih berprestasi dan semangat.

3. Atasi email menumpuk dengan metode ‘empat D’

Wanita memegang tablet dengan ikon email mengambang di sekelilingnya. (istockphoto.com/ismagilov)

Kotak masuk email yang penuh sesak sering kali menjadi sumber stres terbesar. Untuk mengatasinya, kamu bisa menerapkan metode empat D: Do (lakukan), Defer (tunda), Delegate (delegasikan), dan Delete (hapus). Lakukan tugas yang bisa diselesaikan saat itu juga, tunda yang butuh waktu lebih lama dengan memasukkannya ke daftar tugas, delegasikan ke orang lain jika memungkinkan, dan hapus email yang sudah tidak relevan.

Meskipun mencapai ‘inbox zero’ atau kotak masuk kosong terasa memuaskan, jangan sampai terobsesi. Anggap saja ini sebagai tantangan untuk membuat alur kerja lebih jelas, bukan sebagai standar kesempurnaan. Menggunakan kategori warna pada email, misalnya merah untuk tugas yang perlu ditindaklanjuti dan hijau untuk yang menunggu balasan, juga bisa sangat membantu.

4. Manfaatkan teknologi AI dan aplikasi catatan

ilustrasi teknologi AI (istockphoto.com/Kindamorphic)

Di zaman sekarang, teknologi bisa menjadi asisten pribadi yang andal jika digunakan dengan cerdas. Kamu bisa memanfaatkan AI seperti Copilot atau ChatGPT untuk membuat draf email atau merangkum dokumen panjang dalam hitungan detik. Dilansir The Guardian, cara ini bisa menghemat waktu berjam-jam yang tadinya dihabiskan untuk tugas-tugas administratif.

Selain AI, jangan remehkan kekuatan aplikasi catatan sederhana di ponsel atau buku catatan fisik. Mencatat ide atau daftar tugas yang tiba-tiba muncul di kepala bisa sangat melegakan pikiran. Dengan menuliskannya, otakmu tidak perlu lagi bekerja keras untuk menyimpan informasi dan bisa lebih fokus pada ide-ide kreatif.

5. Belajar untuk istirahat dan menciptakan batasan

Pria santai menikmati musik melalui headphone di lingkungan kantor modern. (istockphoto.com/ATHVisions)

Produktivitas sejati bukanlah tentang bekerja tanpa henti, melainkan tentang bekerja cerdas dan tahu kapan harus berhenti. Saat liburan, cobalah untuk benar-benar lepas dari urusan pekerjaan, misalnya dengan menghapus aplikasi komunikasi kantor dari ponsel. Dilansir The Guardian, istirahat yang cukup justru akan membuatmu jauh lebih produktif saat kembali bekerja.

Budaya kerja yang memuji karyawan karena tidak pernah libur adalah sebuah jebakan berbahaya. Dilansir NPR, dalam masyarakat yang sehat, orang seperti itu seharusnya menjadi sebuah "kisah peringatan", bukan teladan. Menciptakan batasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah kunci untuk melindungi kesehatan mental dan mencegah burnout.

Nah, pada akhirnya, semua trik produktivitas ini hanyalah alat bantu. Kitalah yang memegang kendali untuk menggunakannya secara bijak agar hidup lebih mudah, bukan malah terjebak dalam kultus kesibukan. Dari semua tips di atas, mana yang paling ingin kamu coba terapkan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team