Unilever dan Toleransi.id Ajak Anak Muda Diskusi Soal Toleransi

Masuk di bulan Juni, IDN Times tantang kamu untuk sebutkan tanggal penting bagi Indonesia. Kalau jawaban kamu adalah Hari Lahir Pancasila, kamu 100 persen benar. Setiap 1 Juni, kita sebagai millennial tentunya punya peran penting nih untuk menyebarkan semangat toleransi di Indonesia.
Untuk itu, IDN Times x Unilever x Toleransi.id pada 7 Juni lalu menyelenggarakan webinar berjudul “Gue Udah Toleran Belum, Sih?”. William Utomo selaku Founder & COO IDN Media, menyampaikan bahwa para millennial yang akan menjadi pemimpin masa depan, juga harus diberikan kesempatan nih untuk memulai percakapan soal toleransi. Ssst, ini juga sesuai dengan pedoman tentang pentingnya keberagaman lho, karena diversity is beautiful.
Acara webinar yang dihadiri lebih dari 1.500 orang ini menarik banget. Yuk kita diskusi bersama speaker kita di online webinar kemarin.
1. Ada 7 tipe millennial dengan karakteristik yang berbeda
Diskusi diawali dengan mengungkap tujuh tipe millennial dari Millennial Report 2020 dengan karakteristik yang berbeda dalam memandang toleransi. Beberapa tipe millennial yang dimaksud yaitu:
- The Adventurer: Punya nilai toleransi yang tinggi karena sering berkomunikasi dengan banyak orang
- The Visionary: Open minded namun cenderung menghindari obrolan tentang personal belief
- The Artist: Punya banyak ide dan menghormati perbedaan karena referensinya luas
- The Leader: Leadership skill tinggi dan selalu berhati-hati dalam menyuarakan opini
- The Socializer: Gaul, suka ngobrol dan punya personal background yang beragam
- The Conservatives: Melakukan kegiatan sesuai norma yang ada dan cukup vokal saat membicarakan perbedaan
- The Collaborator: Mereka melihat orang dari tujuan bersama bukan perbedaannya
Millennial Report 2020 adalah penelitian yang dilakukan IDN Media dengan mengikutsertakan 5,500 millennial di 11 kota di Indonesia. “Millennial Report memperlihatkan meskipun 7 tipe millennial tersebut memiliki perbedaan karakteristik, setiap millennial mau terbuka dan mentolerir perbedaan. Mereka memiliki caranya sendiri dalam mengapresiasi perbedaan dan mendukung inklusivitas,” ungkap William Utomo yang juga ikut membuka diskusi pada siang hari itu.