ilustrasi tangan kanan (pexels.com/Juan Pablo Serrano Arenas)
Ada perbedaan pendapat dari para ulama mengenai urutan potong kuku. Dilansir kanal YouTube Abu Alula yang mengutip pendapat ustaz Khalid Basalamah, beliau mengatakan bahwa urutan memotong kuku dimulai dari kanan ke kiri. Kemudian, dimulai dari jari kelingking sampai ke ibu jari dan seterusnya.
Syaikh Muhammad Al-Utsaimin dalam kitabnya Syarah Riyadhus Shalihin Jilid II menjelaskan cara potong kuku dengan pendapat yang berbeda dari sebelumnya. Beliau menyebutkan bahwa memotong kuku tangan dimulai dari kuku jempol dan berakhir di jari kelingking.
Dilansir NU Online, para ulama berbeda pendapat mengenai maksud Rasulullah SAW dalam hal memotong kuku secara tidak berurutan.
1. Menurut Imam Al-Ghazali, memotong kuku dimulai dari jari telunjuk kanan, lalu jari tengah, kemudian jari kelingking, dan seperti itu seterusnya sampai ke arah kanan, hingga berakhir pada ibu jari dari kanan.
2. Menurut Imam an-Nawawi, cara memotong kuku pada tangan kanan, dimulai dari jari telunjuk, lalu jari tengah hingga jari kelingking, kemudian baru ibu jari. Sementara itu, pada tangan kiri, dimulai dari jari kelingking, lalu jari manis, kemudian jari tengah. Selanjutnya, jari telunjuk, sampai berakhir pada ibu jari.
3. Menurut sebagian ulama lain bahwa memotong kuku dimulai dari tangan kanan. Hal ini dilakukan dengan cara memotong kuku jari kelingking, kemudian jari tengah, lalu ibu jari. Selanjutnya, jari manis dan berakhir di kuku jari telunjuk. Sementara itu, untuk tangan kiri, yakni dimulai dari ibu jari, lalu jari tengah, kemudian jari kelingking. Setelah itu, jari telunjuk, sampai berakhir pada kuku jari manis.
Sementara itu, urutan potong kuku kaki tidak jauh berbeda dengan urutan potong kuku pada tangan. Memotong kuku kaki dimulai dari jari kelingking kaki kanan, kemudian ke arah kiri, hingga berakhir pada kelingking kaki sebelah kiri.
Demikianlah urutan potong kuku menurut Islam yang sesuai sunah menurut pendapat para ulama. Bagi kamu yang akan memotong kuku, jangan sampai keliru lagi, ya.
Penulis: Fanny Haristianti