Waitatiri, inisiator non profit organisation, 'Buku Buat Semua'. (instagram.com/waitatiri)
Bicara perempuan dan pendidikan, tak terlepas dari stigma yang beredar di masyarakat. Kerap kali pandangan negatif yang melekat pada perempuan justru menghambat kemajuan dirinya.
Wai juga mengakui stigma yang beredar di masyarakat, tak jarang menghalangi perkembangan personal seorang perempuan. "Kalau tantangan sebenarnya, lebih ke stigma masyarakat. Menurut aku, itu tantangan paling besar karena udah banyak banget jalan untuk perempuan bisa mewujudkan mimpinya. Baik dalam hal karier, dalam hal pendidikan, dalam hal apa pun itu, baik dalam hal karier formal maupun informal itu, udah ada banget jalannya, udah sangat terbuka. Dunia itu sudah sangat menerima dengan adanya pemimpin perempuan, dunia sudah sangat normal dengan adanya perempuan yang kuliah tinggi, perempuan yang jadi peneliti, perempuan yang kuliah S3," katanya.
Wai memang tidak memungkiri jika masih ada orang yang pemikirannya berbeda. Misalnya, perempuan pintar dianggap tidak baik karena akan membuat laki-laki merasa bodoh.
"Padahal sebenarnya, hidup masing-masing. Aku pintar bukan berarti orang lain bodoh, aku bodoh bukan berarti orang lain jadi lebih bodoh. Kita tidak harus menjatuhkan orang lain untuk membuat kita merasa lebih baik. Tapi sayangnya, keadaan sekarang masih seperti itu," tambahnya
Pandangan yang menghentikan langkah perempuan untuk maju, termasuk dalam hal pendidikan, sangatlah merugikan secara personal maupun kemajuan bangsa. Perempuan jadi merasa kurang termotivasi dan lebih memilih menguburkan impian karena lingkungan tidak suportif. Akibatnya, kesempatan untuk mengembangkan pemikiran, kemampuan intelektual, dan maupun membangun kehidupan yang lebih layak, jadi menurun.
"Kita sebagai perempuan memang harus lebih kuat aja. Kalau kita sudah berhasil menantang itu semua, aku merasa wanita-wanita yang berhasil menantang stigma dengan jadi pemimpin, dengan akhirnya kuliah tinggi, itu justru jauh lebih hebat karena secara mental, secara emosional, mereka jauh lebih kuat. Mereka jauh lebih bisa meregulasi emosi, mereka bisa kuat mental, untuk menahan badai-badai ini. Aku melihat dengan banyaknya orang yang akhirnya mau memperjuangkan itu dan banyaknya orang yang berada di posisi-posisi itu, justru menjadi motivasi orang lain," tambahnya.