ilustrasi anak laki-laki (pexels.com/Ekaterina Belinskaya)
Lebih jauh lagi, anak juga dapat menjadi korban apabila kemandirianmu tidak dibarengi kesadaran tentang siapa yang sedang dihadapi. Kamu menetapkan standar yang amat tinggi dalam hal kemandirian pada anak. Dirimu mengabaikan fakta bahwa kemampuan, pengetahuan, serta pengalamannya masih sangat sedikit.
Dia bukannya gak bisa apa-apa. Namun, berlebihan jika kamu menuntutnya semandiri remaja apalagi orang dewasa. Orangtua memang perlu memberikan dorongan dan contoh kemandirian. Akan tetapi, tetap wajib memperhatikan fase tumbuh kembang anak.
Tanpanya, kamu bakal terlalu keras pada anak sendiri. Ia akan merasa tidak disayangi olehmu sekalipun maksudmu baik. Kritikmu atas rasa takut dan ketidakmampuannya begitu tajam. Itu gak bikin anak termotivasi. Bisa-bisa justru membuatnya merasa tidak akan pernah dapat melakukan sesuatu tepat seperti harapanmu.
Didikan yang terlampau keras juga bisa membahayakan anak. Contohnya, kamu berkeras menyuruhnya berangkat dan pulang sekolah sendirian. Padahal, anak belum hafal rute dan belum dapat mengendarai sepeda dengan aman di jalan raya. Kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk seperti anak diculik atau mengalami kecelakaan, dirimu bakal amat menyesal.
Tidak ada yang salah dengan menjadi pribadi mandiri selama kamu bisa menjaga diri dari lima sikap di atas. Jangan menjadikan kemandirianmu sebagai teror bagi orang lain dengan tingkat kemandirian berbeda. Kamu dapat menginspirasi mereka tanpa perlu membuatnya merasa buruk. Selama sifat manja orang lain gak secara langsung merugikanmu, bersikaplah toleran pada perbedaan karakter.