Waktu kelas tujuh SMP, gue pacaran sama cowok kelas sebelah. Kita senang bersama, teman-teman ada yang cengcengin, tapi itu yang bikin kita malah semakin dekat. Sampai suatu hari kita ketemuan sama papanya saat ke mal. Waktu itu kita jalan-jalan, alasan gue adalah keluar sama teman jadi ditinggal oleh kakak gue. Gue ketemuan sama dia, dia sih bilang gak akan ada yang tahu. Jadi kita santai aja. Makan es krim sampai jalanlah kayak sudah dewasa gitu. Sampai tiba-tiba, dia ditepok dari belakang.
Dikira siapa, nggak tahunya itu papanya. Otomatis papanya murka, karena dia beralasan mau belajar bareng temannya. Yaudah, saat itu juga dia nangis minta ampun sama papanya. Waktu itu yang ada di pikiran gue cuma satu, gimana caranya gue keluar dari situasi ini. Saat itu juga gue bilang putus, gue bilang dia cengeng dan gue pergi gitu aja. Semakin deraslah dia nangis. Gue dengan santainya pergi dan minta dijemput. Jahat sih, tapi yah mau gimana? – Rika, 20 tahun.