ilustrasi mengobrol dengan sahabat (pexels.com/Armin Rimoldi)
Jujur ke sahabat bukan berarti kamu satu-satunya yang bicara. Kejujuran yang baik adalah dialog dua arah, bukan monolog. Setelah kamu menyampaikan perasaan atau pendapatmu, beri kesempatan sahabatmu untuk merespons. Mungkin saja ada bagian dari cerita yang belum kamu tahu, atau mungkin ada kesalahpahaman dari dua sisi. Bukalah hati dan telingamu untuk mendengar versinya dengan tulus.
Jangan langsung defensif atau merasa harus membela diri. Terkadang, kamu pun bisa salah atau keliru menangkap situasi. Bersikap terbuka dan rendah hati menunjukkan bahwa kamu menghargai pendapatnya, bukan hanya ingin didengarkan. Justru dengan saling memahami dan berbagi perspektif, hubungan kalian bisa tumbuh lebih kuat dan dewasa. Karena sejatinya, kejujuran yang diiringi empati akan mempererat, bukan memisahkan.
Ngomong jujur ke sahabat nggak harus bikin tegang, kok. Selama kamu menyampaikannya dengan hati-hati dan tulus, sahabat yang baik pasti bisa ngerti maksudmu. Justru dari momen-momen jujur seperti inilah hubungan kalian bisa tumbuh lebih dewasa dan saling percaya. Jadi, nggak perlu takut jujur—yang penting cara dan niatnya tetap baik, ya!