ilustrasi perempuan menggunakan tablet (pexels.com/Pixabay)
Berdasarkan hasil survei, Luch Actually menemukan bahwa dalam segi keuangan, perempuan Indonesia menempati posisi terendah soal keterbukaan pandangan menangani kesetaraan keuangan dalam hubungan dengan hanya 25 persen. Sementara itu, Thailand dengan menempati posisi tertinggi dengan 97 persen pria menerima perempuan berpenghasilan lebih tinggi. Namun, hanya 36 persen perempuan terbuka untuk pria berpenghasilan lebih rendah.
Di sisi lain, 58 persen perempuan Hong Kong bersedia berkencan dengan pria yang berpenghasilan rendah, mencerminkan sikap progresif. Kemudian, 38 responden Malaysia bersikap terbuka terhadap pria yang memiliki penghasilan lebih rendah.
Selanjutnya, mengenai hubungan antar ras, Indonesia menempati posisi teratas dengan 84 persen lebih terbuka masalah ini, Malaysia dan Taiwan 81 persen. Di posisi sedang, Hong Kong dengan 70 persen dan Thailand 76 persen. Terakhir, responden Singapura hanya 60 persen yang terbuka soal masalah ras dalam hubungan.
Untuk preferensi dalam memilih pasangan, 73 persen responden Indonesia memprioritaskan seseorang dari segi stabilitas keuangannya dan 78 responden Taiwan melakukan hal serupa. Sementara itu Thailand (85 persen), Taiwan (75 persen), dan Indonesia (44 persen) mengutamakan bentuk tubuh.
Penggunaan aplikasi kencan di Asia menunjukkan perbedaan yang mencolok antar negara. Taiwan mencatatkan frekuensi penggunaan harian tertinggi (25 persen), sementara Singapura (12 persen), Malaysia (13 persen), dan Indonesia (5 persen). Dalam hal durasi penggunaan, Malaysia memiliki pengguna jangka panjang terbanyak (62 persen), sedangkan Hong Kong tercatat paling rendah (38 persen).
Alasan penggunaan aplikasi pun bervariasi; di Hong Kong, Thailand, dan Taiwan, banyak pengguna yang mencari kencan tanpa komitmen, sementara di Indonesia dan Singapura, fokus utama lebih pada hubungan serius (57 persen di Indonesia dan 53 persen di Singapura).
Namun, ada beberapa tantangan yang dihadapi, seperti rendahnya rasa penghargaan terhadap usaha yang dilakukan pengguna dengan angka terendah di Taiwan (0 persen) dan Indonesia (3 persen). Masalah lain yang sering dikeluhkan adalah profil palsu di Indonesia (43 persen) dan kurangnya koneksi nyata di Singapura (36 persen).