Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi saling diam (pexels.com/Timur Weber)

Hubungan yang dulunya dekat dan hangat sekarang dingin kayak es batu. Dulu selalu kehabisan waktu saat ngobrol bareng pasangan, tapi sekarang malah diam-diaman sampai canggung. Sama-sama pegang ponsel dan saling nunggu siapa duluan nih, yang bakal ngajak ngobrol.

Memang beberapa pasangan ada yang mengalami masa-masa di mana komunikasi hambar banget, gak lagi seru, bahkan seperti baru berkenalan. Ini bukan berarti cintanya hilang, namun bisa saja mulai bosan.

Kondisi begini jangan dibiarkan, kamu dan pasangan mesti mau saling memperbaiki. Berikut empat solusi buat kalian yang hubungan romansanya mulai terasa bagaikan dua orang asing.

1.Mulailah dari dirimu

ilustrasi percakapan (pexels.com/ Thirdman)

Kadang seseorang gengsi untuk ngobrol duluan, padahal dalam hati pengin banget ngajak pasangan bercandaan kayak dulu. Bisa saja pasanganmu juga begitu, daripada makin hambar hingga cinta memudar karena situasi ini dibiarkan, mending kamulah yang memulai lebih dulu.

Gak harus langsung ngobrol panjang, minimal tanyakan kabar dan kegiatan hariannya. Lakukan dengan tulus dan santai, perhatian kecil ini bisa meluluhkan egonya juga. Kepedulianmu membuat jarak kembali dekat, dan hubungan pun kembali hangat.

2.Taruh ponselmu pas lagi ketemu dia

ilustrasi pasangan sedang berbicara tanpa memegang ponsel (pexels.com/Kampus Production)

Dia mulai malas saat kencan bareng? Bisa jadi karena selama ini kamu selalu pegang ponsel saat diajak ngobrol. Wajar kalau hubungan jadi gak asyik lagi.

Tiap lagi menikmati kebersamaan, usahakan gak usah terlalu sering mengecek ponsel. Kalau pas ngobrol juga jangan sambil bermain gawai. Coba sepakat dengannya, ketika kalian berkencan, taruh ponsel masing-masing dulu.

3.Biasakan mengapresiasinya seperti dulu waktu masih pendekatan

Ilustrasi mengapresiasi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pas masih PDKT kenapa terasa dekat dan asyik banget? Karena segala sesuatu dari pasangan spesial buat kalian, dan tentu ada tindakan mengapresiasi terhadap hal itu. Lakukan ini lagi untuk mengembalikan kondisi hubungan yang semakin berjauhan.

Coba mulai apresiasi dari hal-hal kecil seperti ketika dia bersedia menemanimu mencari sesuatu, atau pas dia lagi curhat juga layak dihargai. Keterbukaan pasangan itu bentuk kepercayaan, jangan disia-siakan dengan menganggapnya biasa saja. Semakin hangat responsmu padanya, semakin besar kontribusinya membangun hubungan cinta yang menyenangkan untuk bersama.

4.Ketika dia mulai menjawab sekadarnya tiap kamu bertanya, tetaplah mencoba menciptakan situasi akrab

ilustrasi berkencan (pexels.com/Budgeron Bach)

Kalau sudah semangat lagi untuk ngobrol bareng, ketika dia menjawab sekadarnya setiap kamu bertanya, jangan langsung ngambek. Gak usah terlalu baper, maupun sibuk mencari topik-topik yang bikin dia asyik lagi.

Namun, cobalah untuk menciptakan momennya menyenangkan, sehingga situasinya gak lagi canggung. Respons sekadarnya jangan langsung ditanggapi negatif, pahami dulu apa yang terjadi sebelum melempar topik baru. Buat suasananya nyaman, tanyakan apakah ada yang mau diceritakan, atau menanyakan kegiatan apa yang ingin dilakukan bersama.

Pelan-pelan pahami kondisinya, kalau dia sudah nyaman dan terbuka, baru sambung ke obrolan berikutnya sesuai situasi saat itu. Jadi, pasangan yang banyak diem pas kencan, jangan disikapi negatif atau langsung melempar banyak topik obrolan, tapi ciptakan dulu kenyamanan.

Untukmu yang merasa hubungan asmaranya mulai dingin, membosankan, sering diam-diaman pas ketemuan hingga satu sama lain mulai asing, yang terpenting adalah bagaimana menyikapinya.

Koreksi apa yang bikin kalian asing, lalu terapkan solusi-solusinya. Relasi asmara perlahan kembali menyenangkan seperti masa-masa pendekatan, saat kalian masih saling ingin menarik perhatian biar jadian.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team