Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bermain ponsel (Unsplash.com/Kev Costello)
ilustrasi bermain ponsel (Unsplash.com/Kev Costello)

Menjalin cinta lalu putus kerap menjadi bagian dari perjalanan hidup. Meski wajar dialami semua orang, tapi sering kali putus cinta menyisakan kesedihan yang mampu membuat dunia bak runtuh seketika. Bagi sebagian orang, usaha untuk bangkit dari keterpurukan setelah putus dilakukan lewat memblokir nomor ponsel atau media sosial mantan.

Meski ada yang merasa bersalah atau sungkan, tapi keputusan ini gak sepenuhnya salah, kok. Berikut beberapa alasan logis kenapa memblokir mantan setelah putus bisa jadi keputusan yang tepat untuk segera dilakukan.

1. Butuh segera move on dan pulihkan mental

ilustrasi kenangan lama (Unsplash.com/ian dooley)

Namanya baru putus, untuk segera move on tentu bukan hal yang mudah dilakukan. Kenangan selama bersama dan kondisi hati yang merasa belum siap kehilangan kerap jadi alasan diri makin terpuruk saat berusaha keras untuk move on. Namun, memulai upaya move on dengan memblokir mantan juga gak salah, kok.

Setidaknya sampai mentalmu kuat menerima perpisahan dan tidak akan mudah goyah andai kembali bertemu tanpa sengaja. Wajar dan masuk logika banget, kok, blokir mantan usai putus hubungan. Jadi, kamu gak perlu merasa lemah apalagi bersalah saat mengambil keputusan ini.

2. Sudah punya pasangan baru

ilustrasi pasangan (Unsplash.com/João Silas)

Saat sudah putus, wajar kalau kalian kemudian menemukan tambatan hati lain dan menjalin hubungan baru. Kalau kondisinya seperti ini, tentu memblokir mantan terbilang masuk akal karena sikap ini dilakukan demi menjaga hati pasangan.

Bisa saja pasangan merasa cemburu andai kamu masih menjalin komunikasi dengan mantan. Meski sudah tidak ada rasa, situasi tersebut berpotensi memunculkan kecurigaan. Jadi, anggap saja memblokir mantan jadi upaya preventif menjaga keharmonisan hubungan yang baru.

3. Menutup peluang potensi putus nyambung

ilustrasi pasangan (unsplash.com/Andrik Langfield)

Sadari, mantan adalah sosok yang pernah mendiami hati kita dalam kurun waktu tertentu. Jadi, potensi CLBK alias cinta lama bersemi kembali bisa saja terjadi kalau kalian masin intens menjalin komunikasi. Namun, perlu diingat juga kalau sampai pernah mengambil keputusan untuk menyudahi hubungan, berati ada ketidakcocokan.

Balik pacaran lagi karena merasa masih mampu bertahan atau alasan ingin memperbaiki masa lalu hanya akan membuka peluang untuk putus yang kesekian kalinya. Mau sampai kapan terjebak siklus putus nyambung semacam ini? Keputusannya ada dalam diri masing-masing.

4. Mantan kelewat toksik dan hobi nyindir

ilustrasi bermedia sosial (Unsplash.com/Nordwood Themes)

Meski putus cinta bisa terjadi baik-baik, tapi terkadang ada juga mantan yang sikapnya kelewat toksik. Sudah putus, eh masih saja usil mencampuri urusan pribadimu yang seharusnya gak dia lakukan. Bahkan sampai ada mantan yang hobi menyindir di media sosial, lho.

Kalau punya tipe mantan semacam ini, lebih baik segera blokir nomor ponsel dan akun media sosialnya. Kesehatan mental dan privasimu gak layak dicampuri siapa pun, terlebih oleh mantan. Kamu berhak menjalani hidup dengan tenang tanpa harus merasa diserang oleh mantan.

5. Bisa segera lepas dari kemungkinan di-ghosting

ilustrasi bermain ponsel (Unsplash.com/Kev Costello)

Dalam kasus tertentu, putusnya hubungan bisa terjadi tanpa keputusan yang jelas. Pacarmu hanya terus menghilang dari duniamu tanpa kabar yang jelas. Meski tanpa kata putus, kondisi hubungan kalian sudah seperti gak punya ikatan lagi.

Padahal ternyata dia masih cukup aktif di media sosial dan lancar berkomunikasi dengan teman-temannya. Daripada di-ghosting terlalu lama, lebih baik blokir ponsel dan medsosnya. Kalau punya cukup keberanian, sampaikan kata putus lebih dulu lalu blokir.

Memblokir mantan setelah putus gak selamanya salah atau jadi bukti kelemahan diri. Ada kalanya sikap ini justru terbilang logis saat kelima alasan tadi jadi latar belakang pengambilan keputusanmu. It's okay, kamu berhak mengambil sikap yang terbaik versimu, kok.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorT y a s