Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi wanita (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)

Bayangkan suatu hari kamu baru pulang dari kencan yang sangat menyenangkan. Kamu berharap doi akan menghubungimu lagi, tapi alih-alih, kamu tidak lagi mendengar kabar dari partnermu lagi. Bagaimana perasaanmu? Pastinya kecewa, sedih, dan sakit hati.

Itulah yang terjadi ketika kita di-ghosting. Banyak orang melakukannya karena mengonfrontasi lebih terasa merepotkan dan sulit ketimbang sekadar “menelantarkan” tanpa kabar. Padahal, ghosting malah melukai perasaan pasanganmu lebih dalam. Mengapa demikian? Simak lima penjelasan logisnya di bawah.

1. Jauh lebih menyakitkan ditinggalkan tanpa sebab ketimbang tahu alasannya

ilustrasi wanita (pexels.com/Darina Belonogova)

Sebagai pihak yang melakukan ghosting, kita mungkin berpikir ini jauh lebih mudah dan sederhana. Kamu tidak perlu repot-repot menjelaskan alasanmu berpisah, tahu-tahu hubungan kalian selesai gitu aja. Tapi, bagi pihak yang kamu ghosting, ia uring-uringan, lho.

Ia terus bertanya-tanya apa alasan mengapa hubungan kalian berakhir begitu tiba-tiba. Tidak ada peringatan, tidak ada teguran, tahu-tahu kamu menghilang. Hal ini jauh lebih menyakitkan ketimbang hubungan yang diakhiri secara sengaja. Doi malah frustrasi dengan seribu satu kemungkinan dalam kepalanya, tanpa benar-benar tahu mana yang benar.

2. Di-ghosting memperkuat keyakinan negatif terhadap diri sendiri

Editorial Team

Tonton lebih seru di