Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ghosting (pexels.com/Tim Samuel)
ilustrasi ghosting (pexels.com/Tim Samuel)

Awal kenalan dengan orang baru memang bikin hati berbunga,  apalagi kalau obrolannya nyambung dan intens tiap hari. Tapi kadang, semua itu cuma sementara soalnya tanpa diduga dia tiba-tiba hilang begitu aja, tanpa kabar atau penjelasan. Kondisi semacam inilah yang belakangan dikenal sebagai ghosting, dan rasanya pasti jelas gak akan enak.

Supaya ke depannya kamu bisa lebih tenang menjalani relasi tanpa terus dibayangi rasa was-was bakal ditinggal gitu aja, coba beberapa cara yang bisa bantu kamu menghindari ghosting.

1.Kenali pola komunikasi sejak awal

ilustrasi chatting (pexels.com/Roman Pohorecki)

Saat kamu mulai menjalin komunikasi dengan seseorang, penting banget buat memperhatikan pola komunikasinya. Apakah dia cuma muncul saat butuh sesuatu? Apakah dia sering ngilang terus muncul lagi tanpa penjelasan?

Perilaku ini bisa jadi sinyal bahwa dia gak benar-benar hadir secara emosional dalam hubungan itu. Jadi, jangan buru-buru terbawa perasaan kalau baru beberapa kali ngobrol tapi dia udah mulai bilang hal-hal manis. Perhatikan dulu konsistensinya dalam merespons pesan atau menunjukkan ketertarikan.

Kalau dari awal udah terasa ada yang janggal, lebih baik kamu tarik diri sedikit untuk melihat seberapa serius orang itu memperlakukan kamu. Gak perlu terlalu curiga, tapi punya kewaspadaan juga penting supaya kamu gak terlalu terbuka pada orang yang belum terbukti niatnya.

Dengan begitu, kamu punya kendali atas bagaimana kamu membuka diri dan menjaga perasaanmu sendiri. Ingat, komunikasi yang sehat itu kelihatan dari konsistensi, bukan cuma dari kata-kata manis sesaat.

2.Jangan gampang terbawa ekspektasi sendiri

ilustrasi chatting (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Sering kali ghosting terjadi bukan cuma karena orang lain yang hilang begitu saja, tapi juga karena kita terlalu cepat berharap lebih. Misalnya, baru kenal seminggu tapi kamu udah membayangkan dia sebagai pasangan ideal. Padahal, hubungan yang sehat bisa bertumbuh seiring waktu, bukan dalam hitungan hari.

Daripada membangun cerita sendiri di kepala, lebih baik kamu fokus pada fakta yang ada. Tanyakan pada diri sendiri seberapa banyak aku tahu tentang dia? Apakah interaksi ini dua arah atau cuma aku yang berinisiatif?

Dengan cara ini, kamu bisa menjaga ekspektasi tetap realistis dan gak terjebak dalam bayangan hubungan yang sebenarnya belum nyata. Ini juga membantu kamu memilah mana relasi yang layak diperjuangkan dan mana yang sebaiknya dilepas.

3.Bangun batasan sejak awal

ilustrasi chatting (pexels.com/RDNE Stock project)

Batasan bukan berarti kamu menutup diri dari orang lain, tapi lebih ke arah menjaga ruang pribadi supaya kamu gak terlalu cepat terlibat secara emosional. Saat kamu menetapkan batas, kamu memberi sinyal bahwa kamu menghargai dirimu sendiri dan gak asal memberi akses ke sisi pribadi kamu. Misalnya, kamu bisa menghindari terlalu cepat membagikan masalah pribadi atau cerita yang terlalu dalam saat tahap awal kenalan.

Selain itu, kamu juga bisa menyampaikan secara langsung apa yang kamu harapkan dalam sebuah komunikasi. Misalnya, kamu merasa nyaman kalau ada komunikasi rutin meskipun singkat.

Ini bukan soal menuntut, tapi memberi kejelasan supaya gak ada ekspektasi yang bertabrakan. Dengan begitu, kamu punya pijakan yang lebih stabil dan gak gampang kaget kalau komunikasi mulai berubah.

4.Pilih platform komunikasi yang lebih personal

ilustrasi chatting (pexels.com/RDNE Stock project)

Salah satu hal yang jarang dibahas tapi cukup berpengaruh adalah pilihan platform komunikasi. Kalau kamu hanya ngobrol lewat media sosial yang sifatnya cepat dan ringan, sering kali relasi jadi terasa kurang mendalam.

Padahal, relasi yang punya pondasi kuat biasanya dibangun lewat komunikasi yang lebih personal, misalnya lewat telepon atau pertemuan langsung. Platform yang lebih personal memberi ruang buat kamu dan dia mengenal satu sama lain lebih dalam.

Kalau kamu terus-menerus hanya berkomunikasi lewat chat singkat atau komentar media sosial, kamu jadi lebih rentan ditinggal tanpa penjelasan. Jadi, kalau kamu serius membangun koneksi, ajak ngobrol lewat media yang memungkinkan percakapan lebih panjang dan bermakna. Ini bukan hanya tentang mencegah ghosting, tapi juga membangun hubungan yang lebih kuat dan manusiawi.

5.Jangan takut menarik diri saat perlu

ilustrasi chatting (pexels.com/Ron Lach)

Terkadang, tanda-tanda ghosting sudah jelas terlihat, tapi kita masih berharap ada perubahan. Padahal, bertahan di relasi yang gak sehat cuma akan menguras energi dan bikin kamu kehilangan arah. Kalau kamu merasa bahwa komunikasi mulai satu arah, atau dia mulai menarik diri tanpa penjelasan yang jelas, jangan ragu untuk mundur perlahan.

Penting untuk menyadari bahwa kamu berhak memilih siapa yang layak masuk ke dalam hidupmu. Kamu jangan bertahan hanya karena takut kehilangan seseorang, apalagi kalau keberadaannya justru bikin kamu merasa kecil dan gak dihargai. Mundur dari hubungan yang gak sehat bisa jadi awal menuju hubungan yang lebih sehat dan saling menghargai.

Menghindari ghosting memang gak bisa dijamin seratus persen, tapi dengan mengenali tanda-tandanya lebih awal dan menjaga ekspektasi tetap realistis, kamu bisa lebih siap menghadapi situasi yang gak ideal.

Daripada terus-terusan berharap pada sesuatu yang gak pasti, lebih baik kamu fokus pada membangun koneksi yang sehat dan saling menghargai satu sama lain. Toh, relasi yang baik itu pasti akan terasa dari awal, bukan hasil dari tebak-tebakan yang bikin kamu terus bertanya-tanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team