5 Dilema Saat Sadar Terlanjur Jatuh Cinta pada Dia yang Berbeda Agama

Aku untuk kamu, kamu untuk aku. Namun, semua apa mungkin? Iman kita yang berbeda. Tuhan memang satu, kita yang tak sama. Haruskah aku lantas pergi? Meski cinta takkan bisa pergi.

Agaknya lagu yang dilantunkan oleh Marcell ini langganan bertengger di playlist para pelakon dalam kisah cinta beda agama, nih. Kalian yang saling terpaut hati, namun berbatas iman. Puncak dilematisnya adalah ketika dihadapkan pada pilihan: lebih mencintai Penciptanya ataukah ciptaan-Nya?

Awal cerita yang selalu bahagia, adalah skenario yang ditawarkan cinta. Namun, hanya Tuhan yang tahu kemana perjalanan ini kan bermuara nantinya.

Nah, kalau penggalan lirik lagu dari Tangga ini sih juga dirasakan oleh mereka yang mengarungi kisah cinta yang lain, deh. Baik itu cinta beda usia, cinta beda status, cinta jarak jauh, cinta masa kecil, ataupun cinta yang tergolong tak terlalu 'mencuri perhatian', ya.

Tawa renyah juga tak lupa singgah dalam kisah cinta beda agama. Kendati demikian, bayang-bayang air mata ketika kisah itu harus usai atas nama perbedaan keyakinan juga tak sanggup luput dari perjalanan asmara tersebut. Berawal manis, pahit diujungnya.

Ibaratnya, tawa dan air mata dalam untaian kisah manis itu seolah hanyalah cerita semu yang kelak akan menjadi kenangan. Pasalnya, bayang-bayang perpisahan terus saja mengekori perjalanan kisah tersebut. Sarat dengan ketidakpastian.

Selalu ada 'abu-abu' dibalik hitam-putih cerita itu. Kelak, harinya akan tiba ketika 'abu-abu' itu harus memilih untuk menjadi 'hitam' ataukah 'putih'.

Agama bukanlah sesuatu yang pantas untuk dibolak-balik atas nama cinta pada manusia. Agama terlalu sakral untuk dialihfungsikan sekadar pemuas nafsu dunia. Dan, mereka yang hatinya justru jatuh pada dia yang berbeda iman sesungguhnya paham hal ini.

Agama adalah perkara vertikal ciptaan-Nya dan Penciptanya. Bicara soal agama memang sangat sensitif. Benar, adalah baik mengingatkan saudara seiman akan keteguhan imannya. Tapi, juga bukan inginnya bahwa hatinya justru berlabuh pada sosok dengan Tuhan berbeda.

Jangan terburu-buru melabeli bahwa dia akan beralih keyakinan karena cinta pada manusia. Kamu tidak akan pernah tahu gundahnya, hanya dia dan Tuhan yang jelas rasa sebab hatinya itupun juga adalah milik Tuhan-nya.

Kisah cinta beda agama memang kerap menyuguhkan akhir dimana 'hati berpulang'. Mau tidak mau, dia harus 'mematikan' cinta pada sosok yang berbeda Tuhan dengannya itu. Atau opsi lain dengan 'mengubur' rasa itu jauh sedalam-dalamnya.

Tak usah terlampau riuh dengan hari-hari orang lain. Kamu tak rasakan lukanya, maka kamu tak memiliki hak untuk menghakiminya dengan kedangkalan empatimu. Jika benar peduli, maka tawarkan solusi yang memang dari hati, bukan nyinyir sana-sini.