Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perempuan mengobrol
ilustrasi perempuan mengobrol (pexels.com/George Pak)

Intinya sih...

  • Teman sejati hadir di momen bahagia maupun sulit, teman memanfaatkan hanya muncul saat butuh bantuan tanpa balas jasa.

  • Teman yang egois tidak menghargai waktu dan batasanmu, sering membuatmu merasa bersalah jika menolak permintaannya.

  • Menghilang saat kamu butuh dukungan, menjadikanmu sebagai "alat" demi kepentingannya, pertanda teman yang suka memanfaatkan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Hubungan pertemanan seharusnya jadi ruang aman untuk saling mendukung, bukan tempat penuh drama yang bikin energi terkuras. Sayangnya, masih banyak orang yang menutupi niat egoisnya dengan dalih pertemanan. Kamu bisa merasa dekat, padahal sebenarnya hanya dijadikan tempat singgah ketika dia butuh sesuatu.

Kalau terus dibiarkan, kamu bisa terjebak dalam toxic friendship yang bikin hubungan sosial terasa berat. Lebih parah lagi, kamu bisa merasa dirimu gak cukup berharga hanya karena dimanfaatkan. Yuk simak lima tanda teman yang suka memanfaatkan, supaya kamu bisa lebih waspada dalam menjaga hubungan.

1. Selalu hadir hanya ketika butuh bantuan

ilustrasi dua perempuan mengobrol (pexels.com/Charlotte May)

Teman sejati biasanya ada di momen bahagia maupun sulit, tapi teman yang suka memanfaatkan hanya muncul ketika ada kepentingan. Mereka tiba-tiba aktif menghubungi kalau butuh pinjaman uang, bantuan tugas, atau sekadar menumpang cerita tanpa mau mendengar balik. Setelah kebutuhannya terpenuhi, dia bisa hilang seakan gak ada ikatan pertemanan.

Sikap seperti ini bikin hubungan terasa satu arah, karena kamu hanya dijadikan solusi instan. Padahal, pertemanan sehat dibangun dari timbal balik yang seimbang. Kalau kamu selalu merasa diminta, tapi jarang sekali mendapat dukungan, itu tanda jelas kamu sedang dimanfaatkan.

2. Jarang menghargai waktu dan batasanmu

ilustrasi pertemanan toxic (pexels.com/@karolina-grabowska)

Teman yang egois biasanya gak peduli dengan waktumu. Dia bisa seenaknya mengajak keluar mendadak, meminta ditemani di jam sibuk, atau menuntut perhatian tanpa mempertimbangkan kondisimu. Batasan yang kamu buat pun sering dianggap remeh karena dia merasa berhak mendapat prioritas.

Kalau kamu menolak, dia bisa marah atau membuatmu merasa bersalah. Padahal, pertemanan yang sehat seharusnya saling menghargai ruang pribadi masing-masing. Jangan sampai kamu terus mengorbankan kenyamanan hanya karena takut hubungan retak.

3. Membuatmu merasa bersalah kalau gak memenuhi keinginannya

ilustrasi perempuan merasa bersalah (pexels.com/Liza Summer)

Teman yang memanfaatkan biasanya punya cara halus untuk membuatmu tunduk pada permintaannya. Dia bisa menggunakan kalimat manipulatif seperti, “Kalau kamu sahabat sejati pasti mau bantu.” atau “Aku kan selalu ada buatmu, masa sekarang kamu menolak.” Pola ini bikin kamu ragu dan akhirnya menuruti meski gak ikhlas.

Kalau terus diikuti, rasa bersalah itu akan menggerogoti harga dirimu. Kamu jadi sulit membedakan mana kebutuhanmu sendiri dan mana keinginannya. Ingat, pertemanan sehat gak pernah memaksa satu pihak untuk selalu mengalah.

4. Sering menghilang saat kamu butuh dukungan

ilustrasi perempuan menelepon (pexels.com/ Liza Summer)

Teman sejati biasanya hadir untuk menguatkan ketika kamu berada di titik lemah. Namun, teman yang suka memanfaatkan justru hilang entah ke mana saat kamu benar-benar membutuhkan. Mereka hanya datang lagi setelah situasi tenang atau ketika ada sesuatu yang bisa dia dapatkan.

Sikap seperti ini jelas mencerminkan hubungan yang gak sehat. Pertemanan seharusnya tentang memberi dan menerima, bukan hanya datang untuk mengambil. Kalau orang itu gak pernah ada di saat kamu rapuh, sudah waktunya kamu menilai ulang seberapa penting dia di hidupmu.

5. Menjadikanmu sebagai “alat” demi kepentingannya

ilustrasi berdiskusi dengan teman (freepik.com/tirachardz)

Beberapa teman bisa menjadikanmu sekadar batu loncatan untuk tujuan pribadinya. Misalnya, dia sering mengenalkanmu hanya untuk terlihat keren di lingkaran sosial lain, atau memanfaatkan koneksimu demi keuntungan pribadi. Kamu diposisikan lebih sebagai sarana, bukan teman sejati.

Kalau hal ini terus terjadi, lama-lama kamu bisa kehilangan identitas dalam hubungan itu. Kamu akan merasa hanya dihargai saat bisa memberi sesuatu, bukan karena siapa dirimu sebenarnya. Pertemanan yang sehat seharusnya membangun rasa aman, bukan malah membuatmu jadi objek kepentingan.

Dimanfaatkan dalam pertemanan memang bikin hati capek, apalagi jika kamu selalu berusaha tulus. Tapi jangan sampai kamu menutup mata hanya karena takut dianggap jahat. Yuk, lebih berani mengenali tanda-tandanya, supaya kamu bisa menjaga diri dari hubungan yang merugikan dan menemukan pertemanan yang benar-benar tulus.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team