6 Alasan Mempertahankan Keperawanan saat Pacaran Gak Kolot, Itu Hakmu!

Sebagai perempuan, pernahkah kamu merasa bimbang terkait gaya berpacaran yang dijalani? Dirimu mungkin beberapa kali diajak teman untuk membicarakannya secara terbuka. Salah satunya mengenai seberapa jauh hubunganmu dengan pacar.
Apakah kalian sudah pernah berhubungan intim? Bila belum, beberapa temanmu barangkali terkaget-kaget, tidak memercayainya, atau bahkan menganggapmu terlalu kuno. Begitu juga ada tekanan yang dirimu rasakan dari pacar untuk melepas keperawananmu dengannya.
Kamu menjadi terombang-ambing antara mempertahankan keperawananmu atau mengikuti gaya pacaran kebanyakan orang di sekitarmu dan memenuhi permintaan pacar. Pikirmu sesaat, toh, kalian saling mencintai dan selama ini dia baik.
Namun, jika hati kecilmu terus mengatakan buat tidak melakukannya dan menjaga keperawananmu hingga menikah, ini pun bukan hal yang salah atau kolot. Berikut enam alasan yang dapat menjadi peganganmu.
1. Tubuhmu, aturanmu
Jangan biarkan orang lain mengatur kehidupan serta tubuhmu. Termasuk keperawananmu yang amat pribadi. Orang yang paling berhak atas setiap pori di tubuhmu hanyalah dirimu. Bahkan pacarmu yang mencintai serta dicintai olehmu juga tidak berhak menuntut apa pun darimu.
Kamu tak memiliki kewajiban apa-apa padanya selain menjaga komitmen untuk saling setia dan merawat hubungan. Bukan kewajibanmu untuk mempersembahkan keperawananmu padanya. Apalagi sekadar dirimu terpengaruh kata teman-teman di circle-mu yang mayoritas sudah melakukan hubungan intim dengan pacar.
Kamu gak perlu sibuk menghakimi pilihan mereka, tetapi tegaskan bahwa sikap menghargaimu bukan berarti dirimu juga mesti berbuat sama. Pegang prinsip bahwa tubuhmu, aturanmu. Artinya, kamu bebas mengatur segala hal terkait badanmu termasuk menentukan kapan dirimu bakal melepas keperawanan tersebut.
2. Menghindari risiko kehamilan di luar nikah
Memang benar bahwa alat kontrasepsi sudah dijual di mana-mana dan cukup efektif buat mencegah terjadinya kehamilan di luar nikah. Pasangan juga dapat sengaja menghindari berhubungan seks ketika perempuan sedang dalam masa subur. Dapat pula laki-laki berejakulasi di luar buat mencegah kehamilan.
Namun, apakah semua itu menjamin 100 persen tak akan terjadi kehamilan? Keteledoran dapat terjadi kapan saja, apalagi kalau kamu dan pacar sudah terbiasa berhubungan seks. Merasa kemarin-kemarin aman, suatu saat kalian dapat ceroboh dan terjadilah kehamilan di luar nikah.
Bila itu sampai terjadi, hubungan yang indah seketika berubah menjadi penderitaan. Kalian sama-sama gak siap menjadi orangtua bahkan belum ingin menikah. Mencegah kehamilan di luar nikah memang bukan cuma tanggung jawab perempuan. Namun, mengingat perempuan yang bakal mengandung, kamu sangat berhak bersikap lebih keras dalam menjaga keperawananmu.
3. Cegah kamu dimanfaatkan oleh laki-laki yang tak bertanggung jawab
Seindah apa pun janji kekasihmu, sadarilah bahwa kecenderungan semua orang memang begitu. Mereka bermanis-manis demi memperoleh keinginannya dari orang lain. Kalau keinginan telah terpenuhi, perangai dapat berubah drastis. Tak terkecuali pacarmu yang juga mesti diwaspadai.
Jangan sampai ketulusannya ternyata palsu. Setelah kamu memberikan keperawananmu seperti keinginannya, dia menunjukkan sifat aslinya yang buruk. Laki-laki yang baik tentu masih banyak, tapi yang hanya mengincar kenikmatan sesaat dari perempuan juga bukan cuma ada dalam berita kriminal.
Satu sisi, edukasi untuk laki-laki harus terus diberikan agar tidak menjadikan perempuan sebagai objek semata. Di sisi lain, kamu sebagai perempuan juga mesti lebih aware saat berinteraksi dengan lawan jenis. Termasuk bersama pacar dengan cara mempertahankan keperawanan, karena kamu akan tak sudi seandainya cuma dipermainkan olehnya.
4. Terkait nilai-nilai yang diyakini
Nilai-nilai merupakan hal yang amat personal sehingga tiap orang bisa berlainan. Mengikuti nilai-nilai pribadi akan memberimu rasa aman dan puas karena merasa sudah melakukan hal yang benar. Sebaliknya, mendustai nilai-nilai pribadi demi mengikuti kehendak orang lain bakal membuatmu tidak nyaman.
Ada rasa takut terhadap akibatnya dan bersalah sebab menurutmu perbuatan itu tidak dapat dibenarkan. Lantaran ini berkaitan dengan nilai-nilai pribadi, maka apa yang benar bagi orang lain dapat tampak salah bagimu dan sebaliknya. Penyimpangan dari nilai-nilai yang diyakini berakibat beban moral yang begitu besar.
Satu tindakan menyimpang saja bisa bikin kamu terus tertekan dan membenci diri sendiri. Mengingat risiko dari pengingkaran terhadap nilai-nilai pribadi sebesar ini, lebih baik berjalan lurus sesuai dengan apa yang dipercayai. Apabila menurutmu keperawanan hanya boleh diberikan pada suamimu kelak, abaikan gaya pacaran orang lain yang lebih bebas.
5. Kalau benar-benar cinta seharusnya tak bosan
Bagi beberapa orang, pacaran tanpa seks boleh jadi mending gak usah sekalian. Menurut mereka, hubungan seperti itu membosankan dan tak ada bedanya dari berteman biasa. Akan tetapi, sesungguhnya berpacaran tanpa hubungan seks bukanlah hal yang salah.
Sebab cinta dan seks dapat berjalan beriringan atau justru terpisah jauh. Sepasang suami istri yang saling mencintai tentu melakukan hubungan intim secara rutin. Namun untuk sekadar berhubungan intim, tanpa rasa cinta pun bisa. Cukup hawa nafsu yang menjadi pemantiknya.
Oleh sebab itu, pacar yang berdalih hubungan kalian menjadi membosankan gara-gara tak sampai ke kamar kemungkinan besar gak serius dalam mencintaimu. Bila ia benar-benar sayang padamu, perasaannya padamu jauh lebih lembut. Prioritasnya adalah menjaga dan membuatmu nyaman.
Bukan dia sibuk mencari cara guna menuntaskan hasratnya sendiri. Orang yang begitu mencintaimu, bisa bertemu dan jalan sama kamu saja bahagianya sudah luar biasa. Kebersamaan kalian tidak harus dibumbui dengan seks. Kalian dapat membicarakan serta melakukan banyak hal yang menyenangkan.
6. Melepasnya di waktu dan dengan orang yang tepat jadi kebahagiaan
Bila melepas keperawanan di waktu dan bersama orang yang tepat merupakan kebahagiaan, berarti hal sebaliknya dapat terjadi. Apabila kamu melepas keperawanan di waktu serta dengan orang yang salah, maka itu akan berujung pada kesedihan yang mendalam. Seperti dirimu telah memberikan keperawananmu, tapi tak lama kemudian dia berselingkuh atau memutuskan hubungan.
Jika kamu sangat tidak menginginkan kekecewaan selepas memberikan keperawanan, bersikap amat selektif sudah amat tepat. Biarkan pacarmu diuji dulu dengan prinsipmu yang berpacaran tanpa berhubungan seks. Apabila itu tidak masalah buatnya serta hubungan kalian berjalan lancar, berarti memang dia sosok yang tepat itu.
Apakah kalau demikian artinya kamu terlambat mempersembahkan keperawananmu padanya? Tentu saja tidak, karena aspek waktu yang tepat juga gak boleh dilupakan. Jika waktunya tergesa-gesa, orang yang tidak tepat pun bisa salah dikira sebagai orang yang tepat.
Tak apa-apa menanggapi ajakan kawan untuk membicarakan gaya berpacaran serta keperawanan bila dirimu gak keberatan. Namun, jangan terpengaruh seandainya sehabis itu kamu dicap kolot lantaran tetap perawan meski lama berpacaran. Begitu pun bila cap kolot datang dari pacarmu, lebih baik kalian putus saja sebab beda frekuensi. Zaman yang terus berubah tidak mengubah hak penuhmu atas tubuh sendiri.