Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
micheleteconta.com

Artikel ini merupakan hasil karya peserta kompetisi menulis #CintaDalamKata yang diadakan oleh IDNtimes.com. Kalau kamu ingin artikelmu eksis seperti ini, yuk ikutan kompetisi menulis #CintaDalamKata! Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.


 

Entah perasaan apa ini, entah apa yang menyebabkan aku bisa sebodoh ini. Mencintai seseorang yang bahkan dia mengkhianati perasaanku. Setelah sekian lama menahan rindu, menahan pikiran negatif yang selalu menggelayuti pikiran jernihku.

Dan itu yang terjadi, saat hari itu aku melihatmu dengannya, seseorang yang lebih cantik dibandingkan paras wajahku. Tidak sebanding sayang, dia begitu sempurna di matamu, sedangkan aku, aku hanya pohon kering yang diam dan bisa seenaknya kau tinggalkan.

Tersedak hatiku, setelah melihat hal itu didepan mataku secara langsung. Sesak meresap di tiap lubang-lubang dan ruas-ruas pernafasaanku. Sakit sayang, bisakah kau rasakan itu begitu lekat pada diriku saat ini? Begitu rapuh, begitu mengerikan melihat diriku yang seperti itu.

Asal kau tahu, menggengam rasa cinta seorang diri itu rasanya menyakitkan!

Default Image IDN

Mencintai sendirian, karena kamu lebih memilih dia dibanding denganku. Aku orang pertama yang kamu cintai, kamu orang pertama yang mencintaiku, namun dia orang kedua yang kamu cintai. Menurutku, tak akan ada cinta kedua, jika yang pertama sudah terlupakan.

Aku akan melepaskanmu dengan dirinya, bukan karena aku sudah tak mencintaimu, namun karena merasakan dan bertahan dengan rasa cinta sendirian itu terasa sakit. Dan yang terlihat jelas disini adalah, aku yang terlupakan olehmu.

Dalam diam aku mengutuk diriku sendiri, mencintai terlalu dalam padamu yang jelasnya tak akan pernah aku miliki lagi, namun kau bersandiwara dengan sang waktu dan memanipulasi perasaanmu untuk tetap bersamaku. Hal yang kau lakukan itu jahat, membiarkan aku mencintaimu, bertahan sendirian sampai aku menghadapi kenyataan ini yang juga harus aku hadapi sendirian.

Jahat sayang, dirimu terlalu jahat untuk seseorang yang kusebut disetiap doaku. Di balik itu, aku selalu menghabiskan waktuku untuk berdiskusi dengan sang senja, berharap kau mendengarkan nyanyian hatiku yang kunamai dengan rindu. Kepercayaan kau pertaruhkan, sampai harus melukaiku demi dirinya, dan apa daya, aku hanya cinta yang kau abaikan.

Aku harus tetap bernafas. Penuh rasa ikhlas aku berjuang melupakan sakit hati ini.

Editorial Team

Tonton lebih seru di