Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Timur Weber)

Berpacaran dalam waktu lama adalah sebuah keberkahan yang tidak semua pasangan bisa lakukan. Entah hitungan tahun atau bahkan puluhan tahun, hubungan tersebut dapat menandakan bahwa kedua individu saling berkomitmen untuk menjaga ikatan cinta mereka. Keduanya saling setia dalam setiap momen dalam hidup, baik suka maupun duka. 

Meskipun demikian, lamanya sebuah hubungan tidak selalu menjamin kebahagiaan. Ada banyak alasan mempertahankan hubungan pacaran cinta telah pudar atau tidak bahagia. Berikut adalah beberapa alasan buruk yang sebaiknya dihindari. 

1. Takut akan kesendirian

ilustrasi pasangan pura-pura bahagia (freepik.com/freepik)

Takut akan kesendirian sering menjadi alasan seseorang berpacaran lama meski tidak bahagia. Terlebih lagi, jika pasangan adalah satu-satunya orang yang memberikan dukungan emosional. Kesendirian ini dianggap sebagai ancaman menakutkan, sehingga mendorong seseorang untuk memilih bertahan demi menghindari perasaan terisolasi. 

Ketika seseorang merasa takut akan kesendirian, ia mungkin juga mengabaikan tanda-tanda bahwa hubungan sudah tidak sehat atau memuaskan. Orang tersebut cenderung menekan perasaannya demi mempertahankan kenyamanan dan keamanan yang diberikan oleh pasangan. Hal ini dapat merugikan diri sendiri, di mana ia takut mengambil risiko untuk menjalani hidup yang lebih baik.

2. Ketergantungan dengan pasangan secara berlebihan

ilustrasi tidak ingin lepas dari pasangan (pexels.com/Timur Weber)

Dalam hubungan jangka panjang, seseorang mungkin bergantung pada pasangan untuk segala hal, mulai dari dukungan emosional hingga kebutuhan sehari-hari. Sayangnya, hal ini membuatnya sulit memisahkan diri dari pasangan, terutama jika hubungan tidak lagi sehat. Ia mungkin takut kehilangan identitas diri atau merasa tidak lengkap tanpa kehadiran pasangan. 

Ketergantungan yang berlebihan juga membuat seseorang tidak mandiri. Tidak hanya membebani pasangan, tetapi juga dapat menghambat perkembangan pribadi. Akibatnya, hubungan melemah karena keduanya bertahan hanya demi rasa nyaman dan takut akan perubahan, bukan karena cinta atau kebahagiaan sejati.

3. Khawatir dengan tekanan dan ekspektasi orang lain

ilustrasi orangtua memarahi anak (freepik.com/freepik)

Ketika sepasang kekasih pacaran dalam waktu lama, mereka sering menghadapi tekanan sosial yang signifikan dari orang-orang sekitar. Keluarga, teman, dan bahkan masyarakat luas, cenderung memiliki ekspektasi bahwa hubungan jangka panjang akan berlanjut ke tahap pernikahan. Ekspektasi ini membuat pasangan terjebak dalam situasi yang tidak lagi didasarkan pada cinta atau kebahagiaan, tetapi pada harapan orang lain. 

Kedua pihak juga mungkin khawatir tentang gosip atau penilaian negatif yang timbul jika memutuskan untuk berpisah. Mereka takut bahwa keputusan untuk mengakhiri hubungan akan dianggap sebagai kegagalan yang dapat merusak reputasi sebagai pasangan ideal. Akibatnya, mereka menahan diri untuk lepas dari hubungan tersebut. 

4. Tidak percaya diri untuk mencari kebahagiaan di luar hubungan

ilustrasi pasangan (freepik.com/Racool_studio)

Kurangnya rasa percaya diri sering menjadi alasan seseorang bertahan dalam hubungan yang tidak lagi membahagiakan. Individu yang merasa tidak layak menemukan kebahagiaan di luar hubungan, cenderung meragukan daya tarik dan kemampuannya untuk membina hubungan baru. Akibatnya, ia terjebak dalam pemikiran negatif dengan meyakini bahwa tidak ada orang lain yang akan menerimanya sepenuh hati. 

Selain itu, kurangnya percaya diri juga membuat seseorang merasa tidak pantas mendapatkan kebahagiaan yang lebih baik. Ia mungkin berpikir bahwa hubungan dengan pasangan tersebut adalah hal terbaik yang bisa mereka dapatkan. Perasaan tidak berharga ini pada akhirnya menghalangi seseorang untuk mengejar kehidupan yang lebih baik dan penuh makna.

5. Terlalu yakin bahwa hubungan masih bisa diperbaiki

ilustrasi pasangan berbincang (freepik.com/drobotdean)

Terlalu yakin bahwa hubungan masih bisa diperbaiki sering menjadi alasan seseorang bertahan dalam hubungan yang tidak lagi membahagiakan. Seseorang cenderung berharap bahwa waktu, komunikasi yang lebih baik, atau usaha lainnya dapat membuat hubungan kembali seperti sedia kala. Hal ini membuatnya berorientasi pada kenangan masa lalu yang indah, hingga tidak sadar jika masalah sudah terlalu dalam untuk diperbaiki.

Keyakinan ini juga membuat seseorang menghindari kenyataan bahwa hubungan tersebut sudah tidak sehat. Ketakutan menghadapi konfrontasi atau perubahan yang datang jika mengakhiri hubungan, membuat seseorang memilih untuk tetap dalam zona nyaman. Akibatnya, penderitaan dalam hubungan yang tidak memuaskan terus berlanjut, dan memperpanjang rasa tidak bahagia. 

Mempertahankan pacaran lama karena berbagai alasan buruk di atas hanya akan menghambat perkembangan pribadi dan rasa tidak tidak bahagia. Oleh karena itu, penting untuk menyadari apakah hubungan masih memiliki arah yang jelas dan mampu memberikan kebahagiaan bagi kedua pihak. Jika tidak demikian, lepas dari hubungan tersebut merupakan langkah terbaik. Meski sulit, keputusan tersebut memungkinkan seseorang menemukan kebahagiaan sejati dan kehidupan yang lebih bermakna. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team