ilustrasi kepercayaan (pexels.com/Bethany Ferr)
Lavender marriage yang sering kali terbentuk karena ekspektasi masyarakat menghadirkan serangkaian tantangan dan kenyataan. Penting untuk memahami beragam dimensi dan potensi dampak yang ditimbulkannya bagi mereka yang terlibat.
1. Tekanan emosional yang intens
Individu dalam lavender marriage akan mengalami konflik antara pandangan publik dan keinginan pribadi. Konflik batin ini akan menyebabkan tekanan emosional yang mendalam dan menghasilkan gangguan mental, seperti gangguan kecemasan, depresi, atau bahkan krisis identitas.
Seiring berjalannya waktu, ketegangan yang terus-menerus ini dapat mengikis kesehatan mental, sehingga membuat kehidupan sehari-hari menjadi hal yang sulit untuk dipertahankan.
2. Tantangan dalam hubungan
Dalam lavender marriage, tidak adanya ikatan romantis yang sejati menciptakan landasan ketidakpuasan dan rasa kesepian. Pasangan dalam pernikahan ini mungkin menghadapi konflik berkelanjutan karena kurangnya keintiman dan hubungan emosional. Rasa kesepian dan hampa yang mendalam akan membuat hubungan terasa menantang karena tidak adanya rasa cinta untuk saling menguatkan.
3. Merasa terisolasi secara sosial
Individu dalam pernikahan ini akan mendapati diri mereka terjebak di antara dua dunia, dan tidak sepenuhnya cocok dengan keduanya. Rasa isolasi ini adalah dampak dari penyembunyian jati diri mereka, yang menyebabkan kurangnya koneksi yang tulus baik dalam komunitas heteroseksual maupun LGBTQ+ sehingga memperburuk perasaan kesepian dan kesalahpahaman.
“Kita membentuk ikatan sosial dengan berbagi kehidupan dengan orang lain. Jadi, ketika kamu tidak berbagi bagian penting dari dirimu dengan orang-orang dalam hidupmu, hal itu akan berdampak buruk pada kesehatan mentalmu,” tutur psikolog klinis dan terapis hubungan Zunaira Arshad dikutip Vice World News.
4. Situasi ranah hukum yang rumit
Seluk-beluk lavender marriage juga dapat meluas ke ranah hukum. Adanya perceraian dapat menjadi salah satu dampak lavender marriage karena rasa hampa di dalam pernikahan. Permasalahan seperti pembagian aset, tunjangan, dan hak asuh dapat menjadi konflik lain yang disertai dengan tantangan untuk menjaga privasi dari penilaian masyarakat.
5. Kerusakan reputasi yang dialami oleh salah satu atau kedua pasangan
Terungkapnya lavender marriage dapat memicu perubahan drastis dalam cara pandang individu secara sosial dan profesional. Pandangan ini dapat merusak hubungan pribadi dan profesional, sehingga menimbulkan dampak yang tidak hanya berdampak pada keluarga dekat, tetapi juga berdampak pada lingkungan sosial dan dunia kerja.
Sebagai kesimpulan, konsep lavender marriage mencerminkan salah satu cara individu beradaptasi dengan norma dan tekanan sosial yang ada. Dengan meningkatnya kesadaran dan penerimaan terhadap keberagaman, diharapkan semua individu dapat merasa aman dan didukung untuk menjalani kehidupan yang autentik tanpa perlu menyembunyikan jati diri mereka.