Apakah aku begitu egois, Yah? Apakah Ayah marah padaku karena permintaan konyolku ini? Apakah Ayah kecewa padaku karena aku lebih memilih menjadi anank kecil lagi ketimbang melanjutkan mimpi-mimpiku?
Tapi Ayah, jujur saja pemikiran untuk berhenti dan menyerah terkadang dengan tidak tahu dirinya menggelayuti hatiku, menghancurkan semua angan-anganku.
Sering kali keluhan keluar dari mulutku, tentang bagaimana sulitnya hidup di perantauan, tentang betapa kejamnya pergaulan, tentang kerasnya bertahan dalam dunia orang dewasa. Tidak jarang aku melamun, memikirkan tentang ayah dan ibu, bagaimana mudahnya aku ketika dulu masih selalu berada di samping kalian, bagaimana indahnya masa kanak-kanakku, bagaimana nyamannya aku untuk sekedar berbaring dan menatap setiap pergerakanmu. Ayah.
Aku ingin, ingin sekali kembali merasa jadi putri kecilmu. Yang selalu Ayah gendong, yang selalu Ayah hibur, yang selalu Ayah bacakan dongeng, yang selalu Ayah suapi, dan yang selalu Ayah dekap.
Ayah, betapa aku merindukanmu dan semua kenangan masa kecilku
Ayah, betapa besar keinginanku untuk kembali mencecap rasa yang telah lewat
Ayah, betapa aku ingin selalu jadi kecil untuk bisa berada di sisimu
Aku rindu saat tanganmu mengangkatku ke udara lalu memelukku dengan begitu erat
Aku rindu akan tawamu ketika melihat cara makanku yang begitu berantakan
Aku rindu akan panggilanmu padaku ketika aku kecil
Aku rindu raut khawatirmu ketika aku menangis ingin di gendong
Aku rindu Ayah. Aku rindu jadi putri kecilmu
Aku rindu setiap waktu yang telah habis bersamamu
Ayah, ijinkan aku tetap merasa jadi putri kecilmu yang tak akan pernah dewasa. Dimanapun dan bagaimanapun, aku mencintaimu. Ayah.
Mau karya tulismu diterbitkan oleh IDNtmes.com? Yuk, submit artikelmu di IDNtimes Community! Cari tahu bagaimana caranya di sini.