Karena yang Menemanimu dari Nol adalah yang Patut Diperjuangkan

Artikel ini merupakan hasil karya peserta kompetisi menulis #CintaDalamKata yang diadakan oleh IDNtimes.com. Kalau kamu ingin artikelmu eksis seperti ini, yuk ikutan kompetisi menulis #CintaDalamKata! Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.
Senja sore pun berlalu, berganti dengan gelapnya malam yang indah, suasana lirihan angin yang sedang menari, dan kicauan jangkrik yang menemaniku malam hari ini.
Hai kau yang disana, tak usah mencemaskanku berlebihan disini, tenanglah.. aku adalah gadis yang sudah terbiasa berteman sepi yang akan tetap selalu menunggu kehadiranmu ini.
Mencintaimu adalah salah satu tanggung jawab bagiku. Dengan umur yang dewasa ini aku tidak bisa menganggap cinta hanya soal romansa saja, namun pada hal yang membuat kita bisa membiakkan mimpi nantinya.
Menganggapmu remeh, memang! Namun itu dulu, seiring berjalannya waktu, engkau yang paling patut dipertahankan.
Pacaran pun belum pernah. Namun aku sadar, di balik perlakuanmu yang tak kunjung-kunjung menyerah terhadap sifatku, yang suka marah, dan nangis seenaknya. Tapi kau tetap bertahan mempertahankanku. Kau tetap merayuku, membujukku seperti anak kecil, mengalah, padahal aku sudah tahu bahwa itu semua adalah salahku.
“Kenapa?”
“Kenapa kau seperti itu padaku?”
Cinta ini mungkin membuat dirimu seperti orang yang akan tetap selalu menerima cobaan, meskipun kamu tau bagaimana resikonya. Melihat perjuanganmu membuatku luluh, membuatku mengerti dan menyadari bahwa saat kita ditimpa masalah dan bisa menyikapinya dengan baik justru saat itu pula kita menjadi dewasa.
Saat aku berusaha untuk mencoba menghindar darimu, justru kau malah selalu ada buatku. Saat itu pula ku tahu akan ketulusan cintamu, maafkan aku yang membuatmu sakit atas perlakuanku.
"Namun orang seperi inilah yang patut diperjuangkan dan dipertahankan hingga kapanpun."
Aku tidak gombal. Ini memang serius, aku menyesal atas tingkah lakuku dulu kepadamu. Maafkan aku.