Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi teman (pexels.com/Vitaly Gariev)
ilustrasi teman (pexels.com/Vitaly Gariev)

Tidak semua orang bisa ikut bahagia saat melihat orang terdekatnya berkembang. Kadang, justru teman yang paling dekat bisa menjadi pihak yang diam-diam merasa terancam saat kita menemukan kebahagiaan. Ini bukan selalu karena mereka jahat, tapi lebih karena ada rasa tidak aman yang belum selesai dalam diri mereka.

Teman seperti ini mungkin tidak akan terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukanya. Namun, jika diperhatikan lebih dalam, ada beberapa tanda yang bisa menjadi petunjuk bahwa mereka sebenarnya takut kita lebih bahagia daripada mereka. Berikut lima cirinya.

1. Mereka selalu menyepelekan kabar baik yang kita bagikan

ilustrasi teman (pexels.com/Edmond Dantès)

Setiap kali kita bercerita tentang hal positif, entah itu pencapaian, hubungan, atau perasaan bahagia, respon mereka cenderung datar atau terdengar sinis. Mereka jarang benar-benar antusias atau ikut senang.

Ini bisa menjadi tanda bahwa mereka sulit menerima kebahagiaan orang lain, apalagi jika itu mengingatkan mereka pada apa yang belum mereka capai. Alih-alih mendukung, mereka lebih suka meredam euforia yang sedang kita rasakan.

2. Mereka diam-diam menjadi kompetitif

ilustrasi teman kerja (pexels.com/nappy)

Teman yang takut kita lebih bahagia seringkali berubah menjadi kompetitor diam-diam. Ketika kita mendapat kabar baik, mereka buru-buru menceritakan pencapaian mereka sendiri seolah ingin mengimbangi atau menyaingi.

Sikap ini bukan tentang saling memotivasi, tapi lebih karena mereka tidak ingin “kalah bahagia.” Mereka merasa hidup adalah perlombaan, dan kesuksesan orang lain menjadi ancaman bagi eksistensi mereka.

3. Mereka memberi saran yang membingungkan atau meragukan

ilustrasi teman kerja (pexels.com/Christina Morillo)

Bukannya memberi semangat, mereka justru sering menanamkan keraguan. Saat kita sedang bersemangat mengejar sesuatu, komentar mereka cenderung meragukan seperti, “Yakin itu cocok buat kamu?” atau “Nanti nyesel, lho.”

Saran seperti ini seringkali dibungkus dalam niat baik, padahal tujuannya untuk melemahkan keyakinan kita. Mereka mungkin tidak sadar bahwa cara mereka menyuarakan kekhawatiran justru berakar dari ketakutan bahwa kita akan lebih bahagia dari mereka.

4. Mereka menghilang saat kita sedang di titik terbaik

ilustrasi teman (pexels.com/Alena Darmel)

Teman sejati biasanya akan hadir bukan hanya saat kita sedih, tapi juga saat kita bahagia. Namun, teman yang takut kita lebih bahagia justru menjauh saat hidup kita sedang baik-baik saja.

Mereka mendadak sulit dihubungi atau memberi alasan tidak jelas saat kita ingin berbagi kabar gembira. Ketidakhadiran ini bisa menjadi bentuk penghindaran emosional karena mereka tidak siap menghadapi kenyataan bahwa hidup kita sedang membaik.

5. Mereka sering membuat kita merasa bersalah atas kebahagiaan sendiri

ilustrasi teman (pexels.com/Liza Summer)

Salah satu tanda paling halus namun menyakitkan adalah ketika mereka membuat kita merasa egois karena memilih hal-hal yang membuat kita bahagia. Misalnya, kita diminta merasa bersalah karena tidak lagi punya banyak waktu untuk mereka, padahal kita hanya sedang fokus memperbaiki diri.

Teman seperti ini merasa kehilangan kendali atas diri kita dan mencoba menarik kita kembali ke situasi yang membuat mereka lebih nyaman yaitu saat kita sama-sama tidak bahagia. Padahal dalam hubungan sehat, pertumbuhan pribadi tidak seharusnya dianggap sebagai ancaman.

Mengenali ciri-ciri teman yang takut kita lebih bahagia bukan berarti harus langsung menjauh. Namun, penting untuk menjaga jarak emosional agar tidak ikut terjebak dalam perasaan bersalah yang tidak perlu. Teman sejati akan selalu mendukung pertumbuhan kita, bahkan ketika itu berarti kita berjalan di jalur yang berbeda. Bahagia bukan kompetisi—dan kita berhak memilikinya tanpa merasa bersalah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team